Senin, 16 Agustus 2010

Tentang Rindu

Jika bintang-bintang sudah tidak dapat lagi menemani,
biarlah ku nikmati kesunyian ini …..

Jika puisi indah sudah tak dapat lagi mewakili perasaan ini,
biarlah ku nikmati kehampaan ini …..

Mungkin air mata yang tulus
akan lebih bermakna daripada tawa penuh dusta …..

Semoga kerinduan ini kan segera berakhir,
Seiring ku dapatkan kerinduan baru yang lebih bermakna,
Dan dapat membuat ku bahagia …..

oleh: Dahyee Poetra

Tinggal Kenangan

Malam yg begitu sepi
sunyi senyap tnpa penghuni
tanpa bintang tanpa bulan
semua tak menampakkan wujud nya

Aku duduk tersudut meratapi kisah cinta yang begitu pahit
kisah cinta yang hanya tinggal kenangan
kenangan yang sangat indah
kenangan antara kau dan aku

Ku sayang kau
ku cinta kau
ku rindu kau

Kau pergi tinggal kan smua rasa itu
kau pergi tinggal luka di hati ku
pergi jauh dan tak kan pernah kembali
tanpa perdulikan yang slalu merindukan mu

Akan kah rasa ini ku buang jauh
akan kah kenangan itu dapat mengobati ku
mengobati smua perih karena ku merindukan mu

Aku tak mengerti dengan smua ini
aku tak tau apa yg sudah terjadi
yang aku tau
aku tlah kehilangan dirimu

by: Amel Putri

Ku Menanti

ku tak tau apa sebab yang terjalin
buatku luluh tak berdaya
terdiam menanti sebuah asa
meminta diriku tuk berdiri
meniti kembali jalan yang telah kulalui

Meski payah
tak tau lagi pa yang mampu sadarkan ku dari mimpi ini
mimpi tentangmu di hati
tersirat senyummu
memercik di kilauan cahaya

bangunkan aku!
bangunkan dari keadaan ini
ada kenyataan yang harus kujalani
ada hati yang telah menanti
menantiku tuk kembali

oleh : D Ridanta

Deritaku

Diriku lmah terpaku...
Tatapanku hampa tanpa arah..
Lamunanku terurai tanpa batas...
Sukmaku tecerai berai dihimpit kegalauan...

Berlari mengejar sang bayu...
Menentang alam, memahat sejuta kegelisahan..
Terdengar lirih batin tersiksa...

Kebentangkan gatiku mencoba menjaring bintang
harapkan sinarnya sebab sang bulan tak mau lagi tersenyum
Embun pagi tak lagi menaburi dedaunan yang lama kering...
Matahari enggan menyapa..
yang tersisa hanya kabut selimuti bumi yang kalut..

Jiwaku hampa...
Gelap... Pekat..
Suram tanpa setitik cahaya...

Seketika iblis meretas atma..
meminjam dan mempermainkan ragaku...
Memasuki ruang hatiku yang galau...
Apakah sedihku berakhir...????
Akankah deritaku tak berujung...???

Tuhan....
Kusebut Asma MU...
Perkenankan aku gunakan kekuatan MU...
Lewat lantunan ayat-ayat suci MU..
Basahi jiwaku...
Selimuti hatiku......
Lindungi hidupku...
Dapatkan cinta....
Raih kebahagiaan sejati....

By Oky Monoarfa

Mantan

Aku terlanjur sayang kepada mu...
Terlanjur cinta ini memaku...
Hingga miris yg tersisa melihat kau bersamanya...

Jika samurai tak sanggup mencabik...
Jika peluru tak sanggup menembus...
Apa yg harus aku perbuat agar isi hati ini terbunuh...

Kenapa kau slalu ada...
dan tak lepas dari hati ini...
semakin ku ingin kau pergi...
semakin dekat bayang mu hampiri...

Malam yang Sunyi

Di malam yang kian hening
Di tengah dingin yang menusuk kulit
Membuat hati tak bisa bergeming
Menghadapi cobaan yang kian membelit

Di tengah malam yang sunyi
Di kegelapan yang kian sepi
Ku ingin teteskan air mata
Menghadapi kesedihan yang terus menerpa

Tapi kupercaya
Dialah satu-satunya yang Maha Kuasa
Yang bisa menentramkan jiwa
Menenangkan hati yang berduka

Aku tak ragu
Dialah satu-satunya yang Maha Tahu
Selalu terjaga dan tak pernah tertidur
Melindungi hamba-hamba-Nya yang bersyukur

Cinta tak Berbalas

Ingin ku memilikimu
Ingin ku mendengarmu
Dan Ingin ku merasakan cintamu

tapi semua itu
hanya khayal waktu
Yang Membutakan mataku
Di tengah tengah kabut
Tipis , di atas laut

Hujan cerita tentangmu
Menjadi koleksi di telingaku
Bagai alunan melodi merdu
yang tak dapat pudar di makan waktu

Semua gambar dirimu
Menjadi bagian Wallpaper Hp-ku
yang setia ku pandang selalu
Tanpa memperdulikan mutu

oleh: Rizal Ramadhan

Tetesan Air Mata Untuk Seseorang di Sana

Kini hatiku seakan terluka
Tercabik-cabik tak berdaya
Kini hatiku merintih
Menangis dan bersedih

Apa kau telah lupa..
Di saat semua kita lalui bersama
Apa kau tak lagi ingat
Saat semua kita lalui dengan kobaran semangat

Kini kau berubah
Pancaran wajahmu tak lagi indah
Pandangan matamu tak lagi bersinar
Tatapanmu membuat semangatku tak lagi berkobar

Sahabatku yang ada di sana!!
Dapatkah kau merasakan ini semua???
Hatiku kini benar-benar menjerit
Yang dulu manis, kini harus kutelan rasa pahit!
Tetesan air mata ini sungguh membuatku sakit..

Sahabatku yang ada di sana!!!
Sadarlah!!
Tidakkah kau mendengar tangisan ini??
Tidakkah kau melihat tetesan air mata ini??

Sahabatku!!
Kembalilah!!
Aku merindukanmu!!

Oleh: wahyudi
untuk seorang sahabatku yang ada di sana. semoga engkau cepat kembali ke jalan yang benar

Perpisahan

Ribuan jalan telah kita lewati
Berbagai rintangan telah kita lalui
Penuh wewangian bunga maupun bertabur duri
Penuh suka maupun duka di hati

Semua bukanlah sekedar kenangn
Semua bukanlah sekedar renungan
Saat kita dalam kebersamaan
Dalam suka maupun pengorbanan

Namun, kita tlah tahu
Kita tak selamanya bersatu
Menempuh jalan hidup yang bertabur debu
Bertabur dedaunan yang tak pernah tersapu

Saat berpisah harus menyapa
Ku tak ingin kau teteskan air mata
Ku tak ingin kau berduka
Karena hati kita kan tetap bersama

Sahabatku tercinta!!
Inilah hidup
Kadang kita membuka
Suatu saat kita kan menutup

Sahabatku tercinta!!
Ku ingin kita kembali bersama
Di saat harta tak lagi berguna
Di saat cinta menjadi satu-satunya pembela

Dengan Bangga

Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Kalau hanya itu tempat untukku dihatimu
Kan kuterima itu dengan bangga
Kubuktikan diriku yang terbaik untuk menjalaninya

Kan kuberikan kepadamu bahuku untuk tempat mengadu
Kan kutunjukkan betapa pedulinya aku padamu
Aku kan selalu siap saat kau membutuhkanku
Aku akan selalu berada didekatmu

Kalau aku hanya bisa menjadi temanmu
Yang mendengar saat kau menangis
Kan kuterima itu dengan bangga
Kan kujalani dengan suka cita

Cintaku padamu lebih dalam
Daripada yang akan pernah kau sadari
Tanpa mengharapkan kau mencintaiku
Untuk itu mesti ku biarkan kau berlalu

Kau perlu waktu untuk menemukan tujuanmu
Kau perlu waktu untuk merenungkan pikiranmu
Tapi, saat perjalananmu berakhir
Dan jalur yang kau tempuh selesai sudah

Ingatlah aku sahabat baikmu
Yang mencintaimu sejak awal mula

By : Dekres HS,kragan,rembang

Jam Dinding

Ku menoleh ke arah kiri
Ku lihat jam dinding menatapku
Seakan dia berseri
Tersenyum memandang diriku

Diriku yang sedang menangis
Merasakan pahitnya dunia
Yang telah membuat hati terasa teriris
Merasakan pahitnya cinta

Tapi ku sadar
Diriku tak bisa terus bersandar
Bersandar pada dirinya

Tapi ku harus selalu bersandar
Bersandar kepada Yang Maha Benar
Yang bisa membuat cinta ini ada
Yang bisa mebuat cinta ini tiada

Subhaanalloh!

Angin sepoi sepoi di pagi yang buta
Mengalir lembut menusuk dada
Membuat hatiku tertegun
Merenung dan melamun

Kupandang langit dengan senyuman
Berhiaskan bintang bertabur keindahan
Ku terkagum dan bersyukur
Menikmati keindahan dari Yang Maha Luhur

Kupandang ufuk timur
Melihat mentari mulai menghibur
Menghibur hati yang sedang bimbang
Menunggu jawaban yang tak kunjung datang

Subhaanalloh!!
Kenapa ku tak pernah sadar
Akan semua ciptaan Dzat Yang Maha Besar
Bintang-bintang yang terus bertebar
Mentari yang terus bersinar

Hanya Engkau!!

Air mata tak lagi tertahan
Keramaian tak lagi bisa menjadi hiburan
Tak juga tenang karena kesunyian
Hanya Engkaulah yang bisa menangkan

Saat hati ini tertindih
Menangis dan merintih
Hanya Engkaulah yang mampu menghibur
Menghibur hati yang hancur

Saat jiwa ini bimbang
Mengingat masa yang mengenang
Hanya Engkaulah tempatku bersandar
Bersandar dengan rasa sabar

Ya Alloh!!!
Kepada-Mu ku mengharap ketenangan
Kepada-Mu ku mengharap kebahagiaan
Kepada-Mu ku sandarkan semua harapan

Embun Malam

Embun malam nan menyentuh
Membasahi dedaunan yang keruh
Menghibur hati yang bergemuruh
Membangkitkan cinta yang kian luluh

Ku ingin cinta itu kembali bangkit
Tak lagi hidup terbelit
Ku ingin cinta itu kembali tumbuh
Tak lagi tercampur keruh

Ku ingin merasakan embun malam
Menggali cinta yang terpendam
Menuju esok yang penuh kebahagiaan
Yang tak lagi kenal kesengsaraan

Ku igin embun malam membasahiku
Menghibur hati yang pilu
Ku ingin kembali hidup
Di atas cinta yang tak pernah redup

Renungkanlah!!

Saat untaian kata tak lagi berguna
Ratapan jiwa tak lagi bermakna
Harta tak bisa membela
Keluarga tak lagi bersama

Saat para raja tak lagi berkuasa
Semua manusia menunggu keputusan-Nya
Penuh harap dan penyesalan
Takut akan datangnya kebenaran

Saat Sang Pencipta menepati janji
Membalas mereka yang mengingkari
Saat Sang Pencipta memberi naungan
Hanya bagi yang di atas kebenaran

Saudaraku!!
Renungkanlah!!
Harta bukanlah segalanya
Pangkat bukanlah pembela
Semua kan sia tanpa taqwa
Semua kan diminta jawabnya

Secerah Mentari Pagi

Memandang langit nan indah
Menikmati ciptaan Sang Maha Pemurah
Ucapan syukur menghias lidah
Berharap kan bisa selalu terarah

Terik mentari di pagi hari
Menghibur jiwa yang sunyi
Cahanya semerbak menyinari hati
Berusaha temukan cinta sejati

Hatiku kini tak lagi pilu
Terbuai dunia yang menipu
Kuberharap ini kan bersemi selalu
Demi mengharap cinta Dzat Yang Maha Tahu

Kuberharap hatiku kan secerah mentari
Bisa menerangi hati hati yang sunyi
Membangunkan jiwa jiwa yang sepi
Mengapai ridho ilahi

Saat Cinta Tinggallah Kata

Cinta......
Bukanlah sekedar tutur kata
Bukan pula sekedar rasa
Bukan pula sekedar pengorbanan jiwa

Ketika cinta hanya sekedar kata
Raga-raga kan binasa tiada daya
Mata-mata kan menangis penuh duka
Jiwa-jiwa kan merasa hina di hadapan-Nya

Jika cinta cukuplah sekedar ucapan
Apa salahnya perbuatan setan
Di hadapan Robbnya Yang Penuh Kemuliaan
Mengakui kemuliaan-Nya, tapi tanpa kepatuhan

Tapi...
Cinta yang mulia
Adalah cinta pada Dzat Yang Maha Mulia
Cinta yang terlontar di tutur kata
Cinta yang tersimpan di dalam jiwa
Cinta yang terwujud ketaatan raga

Cintakah Aku kepada Nya?

Kehadiran cinta dalam jiwaku tak sanggup kulukiskan dengan kata-kata
Cinta hadir bersama getaran dalam jiwaku dan mengalirnya airmataku
Pencarianku tentang cinta,sudah membuat hatiku resah dan bahagia.
Namun hingga kini aku masih belum mengerti arti kedekatanku pada cinta

Kubilang cinta tapi aku tidak setia
Namun cinta sudah menggetarkan jiwa dan menguras air mata
Banyak hal yang sudah kulepaskan untuk cinta
Walau semua itu belum cukup untuk menggapainya
Bagai keledai bodoh,lagi-lagi aku belum sanggup untuk memahami cinta

Air mata mengalir mendengar cinta
Kerinduan yg tak terlukiskan datang mendera
Hatipun bergetar menjadi gelisah
Betapa aku tak sanggup menterjemahkannya
Aku hanya bisa bersimpuh padaNya
Agar cinta benar-benar ada

Oleh: Emma Trianah

Menyambut masa!!

Kumemandang langit berselimut awan
Memaknai hidup yang penuh ujian
Berjalan tuk menggapai tujuan
Berlari dengan penuh pengorbanan

Pengorbanan tuk mengadapi masa
Masa yang tak kutahu kapan kan tiba
Saat semua manusia bersimpuh dihadapan-Nya
Merasa rendah dan terhina

Ku tak tahu, cukupkah bekal yang kubawa
Saat harta tak lagi bermakna
Keluarga tak lagi bisa membela
Mulut-mulut tak bisa lagi berkata dusta

Mengemban Dosa!!

Tetesan embun nan bening
Menghias pagi yang hening
Kicauan burung nan indah
Menghibur hati yag gelisah

Gelisah karena dosa
Yang membuat hati semakin tersiksa
Membuat mata seakan buta
Membuat lidah tak mampu bicara

Ku sadar....
Dosa ini terlalu besar
Tapi ku juga sadar
Ampunan Robbku jauh lebih besar
Bagi mereka yang mau bertaubat
Kembali ke jalan yag benar

Cinta itu kembali menyapa

Ketika cinta kembali menyapa
Ku terjatuh tiada daya
Lisanku tak mampu bicara
Pandanganku tak mampu menyapa

Kini cinta itu kembali bersemi
Menghiasi hati yang pernah tersakiti
Menerangi mata yang telah buta
Menyapa jiwa yang pernah terluka

Kini cinta itu kembali tumbuh
Mengangkat tubuhku yang rapuh
Menghibur mata yang menangis
Menghibur jiwa yang terkikis

Kini cinta itu kembali datang
Menenangkan pikirang yang bimbang
Menyapa hati yang sedih
Menyapa jiwa yang merintih

Bimbang

Hatiku kian hari kian tak menentu
Bimbang, Sepi karna terus menunggu
Entah sampai kapan ku kan bertahan
Terus kupendam ataukah harus terungkapkan

Walau semua harus kulalui dengan tangisan
Walau semua harus kulalui dengan kesedihan
Walau aku ahrus teteskan air mata
Walau hatiku harus merasa terluka

Tapi ku yakin, di sana masih ada harapan
Harapan tuk gapai kebahagiaan
Ku yakin, masih tersisa sedikit cita
Tuk bisa hidup dan berjalan bersama

Ku Memang Tak Sempurna

Ku memang tak seperti mentari
Yang begitu terang dan menyinari
Tapi ku punya lubuk hati
Yang sanggup tuk mencintai

Ku memang tak seperti rembulan
Menerangi malam dengan sinarnya
Tapi ku punya perasaan
Tuk bisa ungkapkan cinta

Ke memang tak seperti bintang
Menghiasi gelapnya malam
Ku memang tek sempurna
Karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya

Tapi ku punya secercah harapan
kan bisa berguna bagi semua insan
Menerangi mereka dengan cinta
Menghiasi alam dengan rasa

Cinta Yang Tak Pasti

mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti
mungkin aku tak sengaja jg menyakiti
andai aku tau isi hatimu
andai kesempatan itu datang lagi padaku

sekarang mustahil bagiku
bahkan menyentuh bayangmu, aku tak mampu
sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku
dan cinta ni jadi sesak dalam dadaku
aku tau cinta ini sudah tak laku

tapi biarkan cinta ini aku miliki
biarkan cinta ni menjadi bebanku
aku tak peduli
meski menghambat jalanku
aku tau mencintaimu adalah tak pasti

oleh: Agus eko Ariwibowo

Rabu, 11 Agustus 2010

Sebuah Kisah Untuknya

Aku tak tahu mengapa kami bisa sedekat ini, yang ku tahu hanyalah sekarang kami tak bisa sedekat itu. Semuanya berawal ketika Icha datang. Awalnya aku ( Ara) dan Rama hanyalah berteman biasa. Hingga suatu hari kami saing menyadari bahwa ada sesuatu di balik tatapan mata kami, yang entah mengapa kami menyebutnya "cinta". Lalu kami memutuskan utuk menjalin sebuah hubungan istimewa yang sering di sebut pacaran. Awalnya kami begitu bahagia dengan sejuta kata manis, memori indah, bahkan tak ada pertengkaran. Hingga dia mencoba mengenal dunia malam dan bertemu dengan sosok Icha. Masih teringat dalam memoriku ketika suatu malam aku tak sengaja bertemu dengan mereka. Malam itu entah mengapa aku sangat merindukan Rama. Mungkin itu karena selama beberapa minggu dia tak pernah menghubungiku. Bahkan ketika bertemy di sekolah hanya saling menyapa. Aku mengetuk pintu rumah Rama, dan tante Heni (mama Rama) yang membuka pintu."Halo Ara sayang." sapa beliau,"Malam tante." aku membalas sapaan beliau,"Nyari Rama ya? Itu di atas sama temen-temennya. Naik aj y, tante lagi sibuk buat kue untuk arisan besok""Iya tante. Permisi. " aku melangkah masuk dan bergerak menuju kamar Rama yang terletak di lantai atas.Sayup-sayup aku mendengar tawa Rama, tawa yang begitu kurindukan. Aku hendak berbelok ke arah suara itu tapi tertahan oleh suara seorang cewek yang asing bagiku."Sayang, besok temenin aku nonton yuk." suara itu terdengar sangat manja dan selanjutnya yang kudengar hanyalah jawaban pendek yang sangat kuyakini itu suara milik Rama."Ram, kamu mau sampe kapan bo'ongin Ara"? itu suara Revi,"Iyah sayang, aku bosen cuma jadi yang kedua. Putusin si cewek bego itu kenapa." dan itu suara cewek tadi."Guys, ngertiin aku donk. Aku gak mungkin mutusin Ara gitu aja tanpa alesan. A........" Hanya itu yang kuingat, karena aku langsung pergi begitu saja. Esoknya, tepat sebelum aku berangkat sekolah ayah berkata padaku bahwa kami sekeluarga akan pindah ke Jakarta. Dan tanpa babibu, aku langsung mengiyakan.Dulu, aku pikir dengan pindahnya kami aku bisa melupakan Rama. Tapi ternyata tidak. Aku pindah tanpa memberitahunya dan tanpa kata. Tapi akhirnya, teman-teman baruku membuatku bisa melupakannya. Bahkan aku sudah menemukan penggantinya di sini, yang tentunya lebih baik. Tapi, ketika aku emrayakan ulang tahunku yang ke 17, teman-teman Rama entah mengapa datang dan memberiku sepucuk surat.
Aku memang bodoh,menyakitimu dengan tawaku,melukaimu dengan senyumku,bahkan perlahan menghancurkan hatimu di atas bahagiaku, Hanya itu yang tertulis diatas kertas putih itu."Rama nyesel banget uda nyakitin kamu Ra. Plese maafin dia Ra. Begitu tahu kamu udah tahu kalo dia selingkuh, dia tertekan banget.""Mungkin Rama salah banget Ra, tapi tolong maafin dia,,..............""Iya Ra, maafin Rama, biar dia tenang di sana""Apa?"aku tercengang mendengarnya,"Rama OD, Ra"

Malaikat Bersayap Satu

Semua bermula saat aku bertemu dengannya di kebun binatang beberapa tahun yang lalu. Pertemuan yang sangat tidak terduga dan sama sekali tidak romantis namun menjadi titik balikku dalam urusan cinta. Aku sedang berjalan-jalan di kebun binatang dengan para sahabatku dan tiba-tiba ada seorang cowok berpenampilan rapi mendekatiku.
“Hai, aku Randy,“ kata cowok itu sambil mengulurkan tangannya. Aku tersenyum kikuk dan menyambut tangannya. “Lian.”
“Kami adalah mahasiswa fakultas kedokteran hewan yang sedang mengadakan penelitian,” kata kak Randy. Aku dan kedua temanku hanya mengangguk-angguk. Benar kan, tidak romantis? Tidak seperti Dina yang bertemu dengan pangerannya saat dia sedang tampil di sebuah kafe paling romantis di kota ini. Atau Niske yang ditembak di tengah seratus lilin berbentuk hati yang menyala. Pertemuan itu berlangsung singkat namun entah mengapa aku mulai merasakan ada sesuatu yang lain.

+++

Aku tersenyum saat menerima sebuah SMS dari seseorang. SMS pertama dari kak Randy setelah kami bertemu siang tadi. Aku senang sekali saat mengetahui kak Randy sendiri yang meminta nomor HPku, bukan teman-temanku yang memberitahukannya.
Malam ini aku tidak bisa tidur. Entah mengapa perasaanku berbunga-bunga dan jantungku berdebar tidak keruan. Bayangan kak Randy tidak dapat kuhilangkan dari otakku. Kalau saja otakku adalah perangkat komputer, aku sudah meng-klik tombol kanan mouse dan merefreshnya. Kalau perlu mendelete beberapa file yang mengganggu.
Aku berbaring di tempat tidur dan meraih bantal gulingku. Berkali-kali mengubah posisi tidak membuatku mengantuk, tetapi mataku semakin terbuka lebar. Aku merutuk dalam hati. Mengapa seorang Randy dapat membuatku insomnia begini? Batinku heran. Aku bangkit dan duduk di tepi tempat tidur. Dengan sekali tekan aku kembali menghidupkan lampu kamarku.
Jujur, aku belum pernah merasakan jatuh cinta bahkan pacaran meskipun usiaku telah menginjak 18 tahun. Misiku yang kuat untuk menyelesaikan pendidikan dan membuat kedua orang tuaku bangga adalah pondasiku dalam menghadapi virus yang bernama cinta. Flashback dua bulan yang lalu, ada seorang cowok yang menyukaiku, namun dia memutuskan untuk mundur karena aku lebih memilih les bahasa Inggris daripada makan es krim di restoran mewah.
Sebenarnya aku nggak jelek-jelek amat. Tubuhku tergolong mungil dengan pipi yang sedikit tembem namun berlesung ketika aku tersenyum. Kata teman-teman senyumku manis. Aku juga anak yang mudah bergaul dengan siapa saja. Aku tidak gendut, apalagi obesitas. Banyak cowok yang sebenarnya naksir padaku. Itu yang ku ketahui dari kedua sahabatku, Niske dan Dina.
Tanpa kusadari bibirku melengkungkan senyum. Benar juga apa kata Niske dan Dina. Saat istirahat sekolah, banyak cowok yang datang ke kelasku sekedar untuk mengobrol dan menarik perhatianku. Sebenarnya mereka hanya buang-buang waktu saja. Aku tidak pernah tertarik untuk berpacaran sebelum masa sekolahku usai. Kugali lagi memoriku saat kedua sahabatku menasehati, “Umur 18 tahun adalah saat yang tepat untuk memiliki pacar.”
Aku tertawa geli. Pacar bisa dicari, tetapi kebanggaan orang tua sangat sulit didapatkan. Lagipula aku telah berjanji kepada almarhum bundaku untuk selalu menjadi kebanggaan orang tua.
Aku berbaring kembali. Bunda… seandainya kau masih ada disini, batinku sambil mendesah. Kau bisa membantuku mengatasi masalah ini. Bunda! Anakmu ini jatuh cinta!

+++

Hari ini adalah hari yang indah untukku karena sebuah tim dari universitas akan datang dan membantu kami melakukan penelitian. Pembina tim ekstrakurikuler karya ilmiah remaja kami yang mengusulkan agar pihak sekolah mendatangkan pembimbing yang sesuai dengan cakupan penelitian kami. Dan yang paling menyenangkan adalah saat aku mengetahui bahwa kak Randy yang mengetuai tim tersebut.
Semua anak bertepuk riuh termasuk aku dan kedua sahabatku saat pembina ekstrakurikuler kami menyambut tim yang baru saja datang. Namun, tidak ada satupun yang berkomentar saat Kak Randy membuka acara dengan memperkenalkan diri. “Saya Randy Pranata Setiawan. Salam kenal.”
Pandanganku terpaku pada sosok yang tengah berdiri di depan ruangan. Tubuhnya tegap, sikapnya sopan dan tampak ramah kepada semua orang. Gaya bicaranya mampu membuat semua anak memperhatikannya. Wajahnya bersih dan sangat manis jika tersenyum. Dia seperti malaikat bersayap. Saat itu aku mati-matian berharap belum ada orang yang menjadi sayap keduanya.
Aku langsung menggeleng-gelengkan kepalaku dan mendesah, namun beberapa saat kemudian wajahku berubah menjadi ekspresi wajah meratap. Perasaanku menjadi begitu gembira. Tampaknya otakku mulai terserang virus cinta.
Bunda… kenapa cowok itu ganteng sekali?

+++

Malam harinya…
“Silakan masuk, Kak,” kataku sopan. Kak Randy tersenyum dan mengangguk. Malam ini kak Randy datang ke rumahku setelah sore tadi dia menelepon untuk meminta ijinku. Aku menyambutnya kikuk, menyilakan kak Randy duduk kemudian berlari ke belakang untuk membuat minuman. Aku serasa ingin meledak saat itu.
Aku senyum-senyum sendiri saat membuat minuman. Bunda, cowok itu datang, batinku. Ditemani oleh pembantuku, Mbok Kar, aku kembali ke ruang tamu dengan membawa segelas minuman dan beberapa potong kue brownies.
“Well, aku datang karena tertarik dengan proposal penelitian yang tadi kau presentasikan di forum. Aku ingin mengajukan proposal penelitianmu ke dekan fakultas untuk disertakan dalam lomba penelitian tingkat nasional bidang IPA kategori umum. Kuharap… kalau proposalnya disetujui… kau mau bergabung dengan kami,” kata kak Randy dengan senyum mengembang. Aku meleleh. Dadaku berdetak kencang. Bunda… lihatlah, betapa indah malaikat yang satu ini. Tanpa pikir panjang aku langsung mengangguk. Kak Randy mengucapkan terimakasih, menjabat tanganku, kemudian berkata, “Aku sangat berharap kau bisa menjadi anggota tim.”
Aku tersenyum lebar dan melambaikan tangan saat mobil kak Randy mulai berjalan. Di tanganku terdapat sebatang cokelat pemberiannya. Hey, dari mana dia tahu kalau aku menyukai cokelat? Aku meletakkan cokelat itu di meja belajarku dan kucari tanggal kadaluwarsanya. 30 Januari 2012. Ha! Berarti aku dapat menyimpan cokelat ini sampai tiga tahun kedepan.
Konyol! Seperti inikah rasanya jatuh cinta? Perasaanku selalu berbunga-bunga dan semuanya tampak indah. Beberapa minggu kemudian kak Randy memberitahuku bahwa proposalku telah diterima dan dalam beberapa hari kedepan dana penelitian dapat dicairkan.
Itu artinya aku semakin dekat dengan kak Randy.

+++

Laboratorium FKH UGM, empat bulan sebelum lomba…
“Percobaan kita mendekati hipotesa. Ini perkembangan yang baik,” kata kak Dhimas, rekan satu timku. Aku mendengarkan penjelasannya sambil bermain dengan anak ayam broiler yang digunakan untuk percobaan.
“Kak Randy kemana, Kak?” tanyaku saat kak Dhimas sedang memeriksa ayam-ayam yang lain. Dhimas tersenyum. “Randy sedang menjemput Annisa,” jawabnya.
“Yah, maklumlah. Annisa baru pulang dari Bandung,” sahut kak Lia yang juga rekan satu timku. Firasatku tidak enak. Annisa? Bandung? Apa hubungannya dengan kak Randy?
“Mereka pasti sedang melepas rindu. Memang pasangan itu sudah dua bulan tidak bertemu,” sahut rekan satu timku yang lain.
Melepas rindu? Pasangan? Mendadak aku merasa ada sesuatu yang hilang dari dalam diriku. Jadi malaikat itu telah memiliki pendamping?

+++

Laboratorium FKH UGM, dua bulan sebelum lomba…
Aku sedang mengamati ayam-ayam percobaan yang bobotnya meningkat dratis. Aku menggendong ayam itu satu persatu dan memindahkan ke sebuah wadah yang nantinya akan digunakan untuk menimbang. Kak Randy tersenyum dan merangkul pundakku. “Percobaan kita berhasil,” katanya. Aku langsung terdiam.
“Kenapa diam saja? Biasanya kau tidak pernah bisa diam,” tanya kak Randy. Aku menggeleng dan meninggalkannya. Mataku memanas. Kak Randy telah mengecewakanku dan sekarang dia pura-pura peduli padaku! Apakah setiap orang pernah merasakan patah hati dan putus asa karena cinta? Jika benar, maafkan aku Bunda. Aku telah menjadi salah satu dari mereka.

+++

Lab FKH UGM, dua minggu sebelum lomba…
Kak Dhimas menggandeng tanganku dan mengajakku duduk. Aku menurut. Dia memberiku segelas orange juice. “Presentasimu bagus,” kata kak Dimas singkat. Aku hanya tersenyum. Tiba-tiba aku merasakan tepukan di pundak kananku. Kak Randy.
“Wajahmu pucat. Jangan sampai sakit, ya,” kata Kak Randy. Aku mengangguk kecil. Tiba-tiba kak Dhimas bangkit. “Kita mulai lagi latihan presentasinya,” katanya dengan suara lantang. Kak Randy mendesah panjang dan kembali ke lab.
“Aku tidak suka kau dekat dengan Randy.”
“Loh, bukannya dia juga anggota tim?”
“Ya.”
“Mengapa kau melarang…”
“Karena aku menyukaimu!”

+++

8 Agustus 2009, detik-detik perlombaan…
“Yang terhormat, bapak ibu dewan juri dan para hadirin. Saya akan mempresentasikan hasil penelitian dari Avogadro Team tentang Pemanfaatan Air Perasan Tomat sebagai Feed Additive pada Ayam Broiler. ”
Semua mata menatapku sedangkan aku sibuk menenangkan diriku sendiri. Aku berpresentasi dengan lancar. Paling tidak aku dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh juri. Butuh waktu tiga puluh menit untuk menyelesaikan presentasiku dan berdebat dengan para penanya dan mematahkan argument-argumen mereka.
Semua anggota tim langsung mengerubungiku saat aku turun panggung. Saat itu, tangan kak Randy terulur ingin menjabat tanganku, namun terhalang oleh tubuh kak Dhimas yang telah lebih dulu merangkulku.
“Kita makan siang dulu, yuk,” ajak kak Dhimas. Aku mengangguk. Sekilas kulihat kak Randy, dia sedang mengepalkan tangannya. Saat itu aku masih berharap kak Randy akan mengejarku. Namun hatiku kembali sakit untuk yang kedua kalinya saat mengetahui dia ternyata hanya berani memandangku.
Saat kami kembali, ternyata dewan juri telah bersiap-siap untuk mengumumkan pemenangnya. Aku sama sekali tidak berharap menjadi juara, apalagi juara pertama. Namun tidak dengan anggota tim lainnya. Mereka tampak gelisah saat tim juri jeda sejenak untuk membacakan pemenang pertama.
“Juara pertama adalah… Avogadro Team dengan penelitian yang berjudul Pemanfaatan Air Perasan Tomat sebagai Feed Additive pada Ayam Broiler!”
Kak Dhimas langsung memelukku dengan erat sedangkan kak Randy menjabat tanganku. Aku sendiri melompat-lompat kegirangan dan menerima jabatan tangan dari anggota tim lainnya. Dengan penuh percaya diri aku melangkah menuju podium dan menerima ucapan dari dewan juri dan tim penilai.
Bunda! Aku menang! Dengan begini, sudahkah kau merasa bangga padaku?

+++

“Hey!”
Lamunanku buyar saat seseorang menepuk pundakku. Aku tersenyum. Seorang cowok yang sekarang telah resmi menjadi dokter hewan itu berdiri di hadapanku. Kak Randy. “Melamun?” tanyanya. Aku menggeleng.
“Jangan bohong,” sahutnya. Aku tertawa dan menarik tangannya agar duduk di sebelahku. “Memoriku kembali lagi,” jawabku.
“Tentang malaikat itu?” tanya kak Randy. Aku mengangguk dan tersenyum. “Aku ingin sekali menuliskannya agar semua orang tahu, bahwa kita harus selalu berjuang untuk mendapatkan malaikat yang kita inginkan,” jawabku.
“Kau tidak berubah. Masih ambisius sepeti dulu.”
Aku tertawa mendengar perkataannya. “Ambisius? Bukankah saat perlombaan aku sama sekali tidak menginginkan kemenangan?” tanyaku. Giliran dia tertawa. Aku memandangnya. Wajahnya bersih, tampan, manis, dan sangat mencuri perhatian. Dagunya berjenggot tipis, dewasa, berwibawa, dan mampu membuatku jatuh cinta. Ah… malaikatku…

Mentari di Kaki Merpati

Kaki gunung merapi. Tidak pernah terbayangkan tempat ini akan menjadi tempat praktekku yang pertama setelah lulus dari fakultas kedokteran sebuah universitas ternama di Jakarta. Tanpa kusangka, sebuah desa bernama Ringinanom dengan jumlah penduduk tidak lebih dari seratus orang itu mampu memikat hatiku saat pertama kali aku datang. “Eh, pak dokter sudah datang. Monggo, mari silakan,” kata bu Lurah yang menyambutku di rumahnya. Jauhnya perjalanan yang harus kutempuh dan nyamannya udara desa yang bersih dari polusi membuatku tidak sabar untuk beristirahat. “Silakan beristirahat dulu, pak dokter. Maaf, tempatnya ndak seperti rumah pak dokter di kota,” kata bu Lurah lagi. Aku tersenyum dan menggeleng. “Tidak apa-apa, Bu,” kataku sambil menenteng tasku. Setelah mengucapkan terimakasih, aku segera merebahkan tubuhku di sebuah kamar kecil di samping kamar pak Lurah. Mataku hampir saja terpejam saat sebuah ketukan halus terdengar di pintu. “Ini kopi dan singkong rebus, pak dokter. Bisa untuk menghilangkan capek,” kata bu Lurah sambil membawakan nampan berwarna merah berisi segelas kopi dan sepiring singkong rebus yang masih mengepul. Aku memutuskan untuk makan bersama bu Lurah di ruang makan. “Oh, jadi pak dokter ini anak tunggal to,” kata bu Lurah sambil mencocol singkong rebusnya dengan garam. Aku mengangguk. Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki dari luar. “Mboook. Ini sayur kangkungnya sudah dipetik,” kata seorang gadis yang langsung berdiri di samping bu Lurah. Dia tersenyum kikuk ke arahku setelah menyadari simboknya sedang bersama seseorang. “Kenalkan, Nduk. Ini dokter Yongki. Dia akan bertugas disini selama beberapa bulan,” kata bu Lurah sambil memperkenalkanku pada puterinya. Aku langsung menjulurkan tanganku. “Yongki,” kataku singkat. Gadis itu tersenyum manis. “Mentari,” jawabnya. Itulah yang membuatku terpikat untuk pertama kalinya. +++ Keesokan paginya, Mentari mengajakku untuk berkeliling desa dengan menaiki sepeda. Aku harus memahami lingkungan desa ini karena sore nanti aku sudah mulai praktek. Dengan sabar Mentari menjelaskan desanya padaku. Dia hafal dengan semua warga yang hidup di desanya. Hm… puteri lurah yang baik, batinku. Matahari mulai bersinar terik saat Mentari mengajakku ke kebun mentimun miliknya. Dia memetikkan sebuah timun berukuran besar dan memotongnya menjadi dua bagian. “Silakan dimakan,” katanya padaku yang sudah mulai mengibas-ngibaskan tangan karena kepanasan. Aku tersenyum dan mencari-cari air untuk mencuci mentimunku. “Sini biar saya bersihkan,” kata Mentari sambil mengambil mentimun itu dari tanganku. Dia mengelap mentimunku dengan selendang yang ada di pinggangnya. “Nih,” katanya sambil menyerahkan mentimun itu. Aku menerimanya dengan kikuk. “Tenang saja. Dokter ndak akan sakit perut gara-gara makan mentimun yang belum dicuci,” kata Mentari geli saat melihat keragu-raguanku. Aku segera menggigit mentimun itu. Dapat kurasakan kesegaran mengalir di kerongkonganku. Hm, lumayan, batinku sambil menggigit mentimun itu sekali lagi. Tiba-tiba Mentari tertawa. “Dokter ndak pernah makan timun sebelumnya ya?” tanyanya heran. “Eh… em… Pernah kok,” kataku kikuk sambil menatap Mentari yang sedang tersenyum manis. Dia kembali tertawa. “Tapi belum pernah kan, makan timun di tengah sawah begini?” tanyanya lagi. Aku tersenyum malu dan menggeleng. Mentari kembali tertawa lepas. Itulah yang membuatku terpikat untuk kedua kalinya. +++ Sore harinya, Mentari mengantarku ke sebuah klinik yang akan menjadi tempatku praktek. Rupanya beberapa orang manula dan dua orang balita telah menunggu kedatanganku. Aku bergegas masuk ke ruang praktek sedangkan Mentari mendaftar pasien satu persatu. “Bapak Slamet,” panggil Mentari. Seorang manula masuk. Aku segera menyilakannya duduk di kursi dan menanyakan keluhannya. Tak lama kemudian aku selesai memeriksa pasien pertamaku. Klinik kecil ini tidak memiliki ranjang periksa sehingga aku terpaksa memeriksa pasienku dengan posisi duduk. Klinik mulai ramai setelah seorang ibu bersama balita masuk ke ruang periksa. Balita berusia empat tahun itu menangis meraung-raung saat aku meminta ibunya menidurkannya di pangkuan. Untunglah Mentari datang dan membantuku menenangkan pasien kecil itu. Pasien ketigaku adalah seorang manula yang hanya mampu berbicara dalam bahasa Jawa. Aku yang tidak mengerti bahasa Jawa meminta bantuan Mentari untuk menerjemahkannya. Selanjutnya, beberapa orang manula dan balita selesai kuperiksa. Sore berganti petang saat aku mengunci pintu klinik. Aku dan mentari berjalan beriringan menuju rumah. “Kamu capek ya, Mentari?” tanyaku saat melihat wajah kusut Mentari. Dia menggeleng. “Ndak apa-apa kok, Mas Yongki,” jawabnya sambil tersenyum. Aku yang memintanya untuk memanggilku “mas” setelah acara makan memakan timun tadi siang. “Terimakasih ya, kamu sudah membantu saya di klinik sore ini,” kataku. Mentari tersenyum. “Itu tugas saya, Mas. Saya memang harus menemani mas Yongki selama bertugas disini,” kata Mentari. Jalan yang mulai gelap memaksaku lebih berhati-hati. Sesekali aku terperosok lubang di tengah jalan atau kakiku tertusuk duri-duri tanaman liar. Tanganku sibuk menggaruk-garuk leher dan telingaku yang menjadi sasaran empuk nyamuk malam itu. Tiba-tiba tangan Mentari meraih tanganku. “Sini Mas, biar saya bantu,” katanya sambil menggandeng tanganku. Itulah yang membuatku terpikat untuk ketiga kalinya. +++ Keesokan harinya aku mulai praktek full time di klinik. Meskipun pasienku tidak terlalu banyak, namun aku sedikit kelelahan karena harus menjelaskan berbagai macam hal pada pasien yang tampaknya masih kurang mengerti dengan penyakit yang mereka derita. “Pasien yang keenam belas, Mas. Sudah siap?” tanya Mentari sambil menatapku yang berkali-kali mendesah panjang. Aku hanya mengangguk. Tiba-tiba Mentari keluar dari ruangan dan berbicara sejenak dengan para pasien yang sedang antri. “Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Mohon maaf, praktek dokter akan dilanjutkan nanti pukul dua siang. Mohon maaf sekali. Terimakasih, Pak, Bu,” katanya dengan logat jawa yang khas. Mentari kembali ke ruang praktek dan duduk di depanku. “Mas Yongki capek ya?” tanyanya. Aku menggeleng dan tersenyum. “Nggak capek, tapi lelah,” jawabku sambil menelungkupkan kepalaku di meja. Mentari berteriak, “Uuu.” Dan melempar tutup pulpen ke kepalaku. Aku tertawa geli. “Iya, saya capek,” kataku sambil mengangkat kepalaku dari meja dan menatap wajah Mentari. Mentari melakukan hal yang sama. Dia menyandarkan kepalanya di meja. Kami saling berpandangan. Ah, Mentari… entah apa jadinya jika kau tidak membantuku disini, batinku. Tiba-tiba Mentari bangkit. “Mas Yongki genit ah,” kata Mentari sambil menutup mukanya. Dahiku berkerut heran. “Jangan melihat saya seperti itu to Mas. Ndak ilok. Tidak baik,” katanya. Aku tersenyum geli dan mengangguk-angguk tanda setuju. Polos sekali kau, Mentari! Keesokan paginya… Tidak seperti biasanya, Mentari tidak membangunkanku pagi ini. Bu Lurah dan pak Lurah juga tidak ada di rumah. Tiba-tiba seorang pria mengetuk pintu dengan keras. Segera kubuka pintu dan kudapati Mentari sedang berada dalam gendongannya. Pak Lurah, bu Lurah, dan beberapa warga mengikuti di belakangnya. “Mentari?!” Aku berteriak kaget. Mentari membuka matanya sekilas dan menatapku. “Segera baringkan di kamar. Biar saya periksa,” kataku sedikit panik. Mentari telah berada di ranjang sekarang. Aku hendak memeriksanya denyut nadinya saat tiba-tiba tangan Mentari menyentuh tanganku. “Saya ndak mau diperiksa, Mas,” kata Mentari lemah. Aku duduk di sebelahnya, meraba denyut nadinya, dan mencocokkannya dengan jam tangan yang kupakai. Normal kok, batinku sambil menggenggam tangan Mentari. “Ada apa, Mentari?” tanyaku sambil meraba dahinya. Panas! “Saya ndak apa-apa, Mas. Beneran deh, suer,” katanya polos. Aku tersenyum geli dan meminta Mentari meletakkan termometer di ketiaknya. Suhu badan Mentari yang tinggi membuatnya tidak bisa membantuku di klinik. Bertugas tanpa Mentari adalah hal paling repot yang harus kuhadapi saat ini. Ada dua puluh pasien yang harus kutangani dan tidak ada satupun dari mereka yang mau mengantre. Saat itulah tiba-tiba Mentari muncul. Dia langsung membantuku mengatur antrean pasien. “Kamu sudah baikan?” tanyaku saat aku selesai memeriksa pasien terakhirku. Mentari mengangguk dan duduk di hadapanku. Tanganku terjulur meraba dahi Mentari. Hm, demamnya sudah turun, batinku. “Terimakasih ya, Mas. Obatnya manjur. Mas Yongki pinter deh,” puji Mentari. Ada binar ketulusan di matanya saat itu. Aku tersenyum dan segera mengajaknya pulang. Itulah yang membuatku terpikat untuk keempat kalinya. +++ Suhu badan Mentari kembali naik saat kami sampai di rumah. Aku segera meminta Mentari untuk beristirahat. Malam harinya aku mengantarkan semangkuk bubur, segelas air, dan beberapa butir obat ke kamar Mentari. “Loh… Mas Yongki ndak usah repot-repot,” kata Mentari sambil membukakan pintu untukku. Aku menggeleng dan meletakkan nampan yang kubawa di meja. “Saya suapin ya,” tawarku. Mentari tersenyum malu dan mengangguk. Saat itu entah mengapa aku ikut tersipu malu melihatnya. “Besok kamu istirahat saja di rumah. Tidak usah ikut saya praktek,” kataku sambil menyuapkan bubur ke mulut Mentari. Mentari kontan menggeleng. “Kalau Mentari ndak bantuin Mas, nanti Mas repot,” katanya sambil memandangku penuh perhatian. “I can handle it. Trust me,” kataku yakin. Mentari terdiam dan menatap kedua mataku. “Mas yakin?” tanyanya. Aku mengangguk dan memasukkan satu suapan ke mulut Mentari. “Kita ukur suhu badan kamu ya,” kataku sambil menyerahkan termometer yang kukibas-kibaskan terlebih dahulu. Mentari menurut dan meletakkan termometer itu di ketiaknya. Aku mengamati Mentari sejenak. Tubuhnya lemas, suhu badannya tinggi, dan lidahnya sedikit kotor. Jangan-jangan… Malam semakin larut saat aku mendengar rintihan dari kamar Mentari. Pintuku diketuk seseorang. Pak Lurah.”Nak Yongki bisa bantu saya? Suhu badan Mentari tinggi sekali,” kata pak Lurah. Aku mengangguk dan menyambar stetoskopku yang ada di meja. “Mentari,” panggilku sambil menggenggam tangannya. Mentari hanya merintih. Matanya terpejam. “Mas… Mentari ndak apa-apa kok,” jawabnya lirih. Aku mendesah dan memakai stetoskopku. Tidak kupedulikan penolakan-penolakan Mentari saat aku memeriksanya. “Pak, apakah ada rumah sakit di sekitar sini?” tanyaku saat selesai memeriksa Mentari. Pak Lurah mengangguk. “Saya curiga Mentari terkena demam berdarah. Kita harus ke rumah sakit sekarang juga,” kataku. Pak Lurah dan bu Lurah mengangguk. Aku segera mengangkat tubuh Mentari ke mobilku. Satu jam kemudian Mentari tengah ditangani di UGD. Benar dugaanku. Mentari terkena demam berdarah. Trombositnya hanya separuh dari jumlah normal. Pada saat itu juga timbullah rasa sayangku padanya. Rasa sayang yang belum pernah timbul sebelumnya. Rasa sayang sejati seorang pria kepada wanita yang dicintainya… +++ Lagu Dear God milik Avenged mengalun dari ponselku. Aku yang masih terjaga malam itu segera mengangkat telepon yang masuk. “Dokter Yongki, ada pasien yang urgent melahirkan dan butuh operasi. Anda satu-satunya dokter bedah yang dapat kami hubungi,” kata seorang suster di seberang telepon. Aku mengangguk. Kupandangi Mentari yang masih terlelap. “Terimakasih untuk kenangan-kenangan indah itu, Mentari,“ kataku sambil mengecup keningnya. Pandanganku beralih ke seorang bayi laki-laki berusia enam bulan yang tertidur lelap di samping Mentari. Dia adalah Delvon Adirangga, buah cinta kami. Aku tersenyum dan membelai pipinya yang montok. Ayah dan bunda akan selalu menyayangimu, Nak.

Aku, Dia dan Sahabatku

CINTA itu emang buta,,dia tidak pernah peduli akan hadir untuk siapa,kepada siapa,danSiapa yang mendapatkanya..dia hadir bagai angin,yang selalu ada namun tak pernah terduga kehadirannya..setiap detik ia selalu berubah,terkadang ia juga dapat memberi suatu kesedihan,tapi itulah cinta kita takkan bisa menolak atau mengaturnya seperti apa yang kita inginkan…. Ini adalah kisahku yang selalu berusaha mencari arti cinta yang sesungguhnya..Ohya namaku radit,,aku mahasiswa di sebuah universitas yang cukup terkenal,,Semua berawal di pagi itu ketika aku bertemu dengan chika,seorang gadis yang membuatku terperangah melihat kecantikannya..seketika itu hatiku sangat berdebar saat dia lewat tepat di depan hadapanku,,aku hanya mampu tersenyum dan berharap bahwa dia kan menjadi milikku,namun apa mungkin seorang mahasiswa yang pas-pasan seperti aku bisa memiliki gadis seperti dia??namun karena rasa didalam hatiku yang sudah sangat menggebu aku beranikan diri untuk dapat bertemu dengannya,,awalnya aku sangat gugup,aku berfikir,, “ apakah dia mau menemuiku dan berbicara denganku,,??”Tiba-tiba saja nyali ku yang semula menggebu perlahan menciut seakan tak ada keinginan lagi untuk sekedar berkenalan denganya,,akhirnya aku memutuskan untuk memberanikan diri tuk berkenalan dengannya,dan ternyata apa yang aku takutkan tadi tidak terbukti,ternyata dia adalah gadis yang sangat baik dan sangat friendly pada semua orang,dia sangat terbuka kepada siapapun termasuk aku..sungguh ini adalah hal yang tak pernah ku duga sebelumnya,,aku merasa sebuah mimpi yang selama ini aku impikan seketika dapat terwujud..  Sebulan setelah perkenalan itu kami semakin akrab,,dan kami pun sudah sering pergi bersama untuk sekdar nonton,jalan,ataupun makan maam bersama..Sampai pada suatu ketika aku juga tidak sadar akan apa yang sudah aku lakukan,karena tiba-tiba saja aku menyatakan kata cinta kepadanya,,kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku,,entah apa yang aku pikirkan saat itu..namun aku heran melihat chika yang malah tertawa melihat sikap ku yang tiba-tiba menjadi salah tingkah itu..”ada apa denganmu,,kenapa tiba-tiba kamu berkata seperti itu,,bercandanya gak lucu tau”ujar chika”è “aku juga ga ngerti ada apa dengan semua ini,tapi jujur yang aku tahu saat ini adalah…..aku…sayang sama kamu chik??aku pengen banget bisa jadi seseorang yang berarti buat kamu.”jawabku..“udah ah ga usah bercanda terus,,ga lucu tau..ucap chika yang masih tidak percaya dengan apa yang telah aku ucapkan tadi.”Tiba-tiba aku pun semakin tak bisa mengendalikan keadaan ini,krena aku telah terbawa keadaan ini..”aku tau chik emang aku ini suka bercanda,sering bohong,tapi untuk kali ini aku percaya kalau apa yang aku ucapkan tadi adalah dari hati aku..aku bener-bener sayang sama kamu chik,,ijinin aku chik buat jadi yang terbaik buat kamu”Tiba-tiba wajah chika berubah,seketika itu tanpa menjawab pertanyaanku tadi,, dia langsung pergi meninggalkan aku begitu saja..aku menjadi bingung dengan semua ini,,aku menjadi merasa berasalah kepadanya,,ke esokan harinya aku langsung menemuinya untuk meminta maaf tapi ternyata dia tak mau menemuiku,,berbagai cara sudah aku lakukan tetapi tetap saja dia tak pernah mau menemuiku..Sampai pada suatu hari aku merasa putus asa,aku berfikir mungkin memang aku pantas mendapat semua ganjaran ini..namun pada akhirnya dia mau memaafkan aku.. pada saat itu aku tidak lagi memikirkan bahwa aku akan memilikinya karena buatku sudah dapat tetap bertemu dan memandang senyum indahnya sudah cukup untukku..Namun semakin lama kita bersama akhirnya dia mau menerima cintaku.aku sangat bahagia sekali ketika itu,,aku merasa kehidupanku lengkap bersamanya.. Setahun sudah kami bersama,,setiap hari kami bertemu dan bersenang-senang bersama,,namun masalah muncul ketika aku mengenalkannya dengan sahabatku..ketika itu aku mengajaknya ke tempat dimana aku dan teman-teman aku berkumpul,,disana aku mengenalkan chika pada semua temanku termasuk sahabatku doni..Namun aku tidak tau kalau doni sudah lama kenal dengan chika,,karena chika tidak pernah cerita apa-apa kepadaku..yaa aku juga tidak menyalahkan mereka..pada suatu waktu saat aku dan chika ada masalah aku bercerita kepada doni.aku menjelaskan semua masalahku kepada dia,,dia pun selalu memberikan solusi yang terbaik untukku..Sampai suatu saat dia berkata kepadaku “dit lebih baik kamu segera putuskan chikaKarena aku tidak mau kalau dia menyakiti kamu”.ucapnya.“kenapa kamu berkata seperti tiu don,bukanya kamu yang dulu menyuruh aku buat menjaganya??”jawab kuIya itu dulu,namun aku sadar cewek seperti dia itu bukanlah type cewe yang terbaik,,kamu bisa dapatkan yang jauh lebih baik dari dia”ujarnya”Aku semakin heran dengan sikap doni yang seperti itu namun karena aku sudah kenal sama dia begitu lama aku langsung percayadengan ucapanya itu…Namun disitulah kebodohanku karena kau terlalu mempercayainya.. suatu hari aku pergi untuk melakukan karya ilmiah ke Surabaya aku berada disana selama 1 mingguSelama disana seperti biasa aku dan chika tetap menjaga dan berkomunikasiAgar hubungan kita tetap berjalan baik,,semua seakan baik-baik saja seperti tidak terjadi apa – apa karena tugas ku selesai dengan cepat lebih dari yang aku bayangkan aku dapat kembali lebih awal.Sebelum pulang aku sengaja mampir ke sebuah tempat untuk membelikan oleh-oleh buat chika namun aku tidak memberitahukan kepadanya bahwa aku akan kembali pada hari itu.Sepanjang perjalanan aku terus membayangkan saat-saat aku bisa kembali lagi bersamanyaNamun ketika aku sampai didepan rumah chika alangkah terkejutnya aku melihat chika dan doni sedang bersama..awalnya aku berfikir”mungkin mereka hanya sekedar berbicara biasa,layaknya seorang sahabat namun aku terkejut ketika doni mencium kening chika sambil memegang kedua tangannya,tanpa berfikir panjang aku langsung menghampiri mereka berdua dan memukul doni,,aku tidak menyangka sahabat yang selama ini aku percaya tega berbuat seperti itu kepada ku..Semenjak kejadian itu chika dan doni selalu mengejar aku untuk meminta maafNamun aku selalu menghindar karena aku masih belum bisa terima akan apa yang telah mereka lakukan kepadaku.. sampai pada akhirnya aku sadar bahwa kebahagiaan itu tidak selalu bisa aku dapatkan dari orang yang sempurna,namun dari seseorang yang terbaik,karena dari yang terbaik kita akan dapat mendapatkan semua kebahagiaan tanpa ada kebohongan dan penghianatan…Dan aku juga sadar bahwa sahabat itu tak slamanya kan menjadi sandaran buat kita,terkadang ia akan menjadi pedang yang siap menusuk kita kapan saja..

Mungkin

hari ni langit menampak kan kceriaan nya,matahari terpancar terang. tak ada segumpal awan yang menyelimuti hingga terik begitu menyengat.
hari ini hampir 1 tahun q sendiri,bersama  kisah-kisah masa lalu ku. dulu begitu sangat aku mencintainya, q slalu mengingat tentang kisah bersama nya,karena kesamaan nama depan kita.kita juga sama-sama anak nomer 3,.
hemmmmmm mengingat kisah itu,hatiku ku begitu sakit terasa teriris.aku selalu berusaha bagaimana melupakan dia melupakan tentang rasa cintaku padanya.saat terpuruk ku karena rasa ku padanya datang seorang masa lalu ku. ku sambut dia dengan ramah dengan baik pula ia membalasnya.,
saat itu hingga sekarang dia masih hadir untuk ku,masih menemani kesendirian ku hingga kekasih nya meninggal kan dia karena aku. padahal ketika itu kami hanya bersahabat. karena rasa bersalah ku atas hubungan mereka aku berniat tuk melupakan persahabatan itu dan tetap dalam kesendirian, tapi ari sahabat ku tak mengijinkan nya. dan aku terus dengan rasa bersalah ku,sahabt ku menemani ku dan membantuku melupakan kisah-kisah lalu dengan cowok gk punya hati itu,.
hingga saat ini pun dia masih ada untuk ku tetapi dengan menbawa perbedaan yaitu sahabat jadi cinta mungki itu kah takdir cinta ku?
bukan kah masih ada hari esok yang mungkin aku bisa dipertemukan dengan lelaki lain yang mungkin itu bakan sahabat ku.
ku tak bisa menerima cinta sahabat ku,mungkin ini yang terbaik bagiku...

Air Mata Pelacur

Sebut saja Imron, seorang lelaki yang hidup di lingkungan pondok pesantren dan masih melajang hingga usianya yang hampir berkepala empat, Imron bukan tidak ingin menikah, tapi kehidupannya yang memaksa untuk melakukan hal itu, kesulitan yang ia alami bersama keluarganya membuat Imron hampir tidak sempat memikirkan soal pernikahan, hingga suatu ketika Imron merasa di pojokan oleh teman-temannya akah halnya statusnya itu maka Imron memaksakan diri untuk mencari belahan hatinya, naas memang... setelah mencoba berbagai keberuntungan, mendatangi pak kyai yang mungkin ada santriwatinya yang mau dinikahi atau mungkin ada saudara pak kyai yang sudah siap menikah dan mau menerima Imron apa adanya, namun ternyata tak satupun dari mereka menerima pinangan Imron, kecewa memang karna walaubagaimanapun juga siapa yang mau dipinang oleh seorang bujang yang hampir berkepala empat.
Hingga suatu ketika imron benar-benar merasa putus asa, sementara tekanan batin dari luar dan dalam terus menghampirinya, Imron tidak mau terus-terusan berada dalam kekecewaan hingga akhrinya Imron memutuskan untuk menikahi seorang pelacur tepatnya pelacur yang bisa dibayar dengan murah, pelacur yang bisa memperbaiki statusnya, pelacur yang harus dibayar ketika akan digunakan. Dia memang berhasil mempersunting salah satu pelacur, dan iapun mendapatkan apa yang ia inginkan, pernikahan yang sah, perbaikan status dan kenikmatan duniawi tentunya. Tapi apa... hampir setiap malam ternyata Imron harus menunggu giliran, betapa sakit hatinya mendapati Istrinya harus dinikmati oleh pria lain, keputusannya yang salah, ketidak sabarannya dalam menjalani hidup ternyata malah membuat Imron merasakan penderitaan yang berlipat-lipat.
Hingga suatu ketika dimalam yang dingin dan sunyi, Imron memutuskan untuk untuk shalat taubat dan bermunajat kepada Allah akan kesulitan hidup yang ia hadapi, alangkah kagetnya ketika Imron mendapati Istrinya sedang menangis sesegukan dengan menggunakan pakaian khusus shalat para muslimah, Istrinya menuduk sujud dalam kepasrahan, kemudian Imron menghampirinya dan bertanya kepada Istrinya kenapa dia bisa menangis, ada apakah gerangan? dengan isak tangis yang tidak berhenti di iringi dengan lelehan air mata istrinya menjawab "Bagaimana mungkin aku tidak menangis sementara suamiku begitu ikhlas membagi diriku dengan pria lain!, apa kau tau hati ku sakit sekali karna suamiku ternyata orang yang lemah yang tidak bisa melindungi ku, hatiku perih karna suami adalah seorang jayus! apa kau tau bahwa surga itu diharamkan bagi para jayus" (suami yang membolehkan istriniya berbuat maksiat) Mendengar perkataan itu imron langsung merangkul Istrinya, berkali-kali ia mengecup kening Istrinya, ia bisa merasakan bagaimana ternyata selama ini ia telah salah sangka terhadap Istrinya, ia baru sadar kalau selama ini ternyata dirinya telah begitu menyakiti belahan hatinya yang seharusnya ia lindungi sepenuh hati dan jiwa.

Cinta 24 Jam

Semenjak mendengar ramalan itu, kini hati Fabian mulai resah dan gundah. Entah apa yang harus dia lakukan. Dan juga menyoal soal percaya atau tidak percaya terhadap ramalan tersebut. Karena pada tanggal 8 Agustus akan ada suatu peristiwa yang, mungkin tidak semua orang menginginkannya. Ya, Fabian kini tengah resah tentang ramalan itu. Apalagi ia adalah seorang public figure juga sekaligus penyanyi terkenal di Jakarta.
Menjelang launching album ke 2nya dan juga sekaligus mengadakan press conference mengenai pertunangannya dengan Tika, sebenarnya Fabian tidak ingin mengikuti acara tersebut dan berniat untuk kabur. Dan benar saja Fabian nekat kabur. Tak pelak ini membuat Tika dan manajemen Fabian bak kebakaran jenggot. Karena acara sebentar lagi dimulai. “Ini pasti ada masalah dengan dia!” keluh Tika dengan nada panik. “emang tuh, dari awal dia kayaknya udah nggak mau dengan acara ini” ujar Arie sang manjaer dari Fabian. Dan akhirnya pun Fabian menghilang tanpa jejak, seperti ditelan bumi. Apakah gerangan yang membuat Fabian jadi kabur? Tak lain tak bukan adalah soal ramalan itu.
Lantas Kemanakah Fabian kabur? Ternyata diam – diam ia kabur ke Bali. Ia bermaksud untuk menenangkan diri dari berbagai permasalahan yang membelitnya. Tapi tak selamanya di Bali itu menenangkan baginya, itu terbukti ketika ia sedang berjalan-jalan sendirian, para wartawan dengan peralatan lengkap menyerbu Fabian dengan beribu pertanyaan soal menghilangnya ia kemarin di acara launching albumnya. Apakah ia akan meladeni para wartawan tersebut? Tentu saja tidak, ia langsung berlari menghindari para wartawan bagaikan dikejar maling saja. Tapi di perjalanan pelariannya itu, Fabian bertemu dengan seorang gadis yang memakai pakaian pengantin tengah duduk di pinggir jalan. Karena merasa dikejar pengantin itu pun ikut berlari, dan akhirnya mereka berdua menumpang mobil bak terbuka yang hendak melaju. Hap...!!! mereka berdua menaiki mobil itu dengan gesitnya. Dan akhirnya Fabian bisa terlepas dari kejaran awak media. Tapi sialnya ada satu wartawan yang berhasil mengambil fotonya. Dan berusaha melaporkan kepada tunangannya Tika. Lalu bagaimana dengan pengantin itu?
Di dalam mobil itu pun terjadi perdebatan hebat. “Eh siapa kamu?, ah... aku tau pasti kamu pengantin gadungan kan?” cetus Fabian. “Enak aja, aku ini kabur dari perkawinan yang mestinya sekarang waktunya!” jawab pengantin yang kabur itu. Setelah terjadi perbincangan diantara mereka. Akhirnya mereka turun disuatu tempat. Belum habis sampai disitu, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk berpisah. Namun entah nasib apa yang mereka terima, mereka berdua kembali menemukan sepucuk masalah. Fabian kembali bertemu dengan para wartawan. Sedangkan pengantin tadi bertemu dengan keluarganya agar ia bisa kembali pulang dan melangsungkan perkawinan. Akhirnya pun mereka berdua pun berlari menghindari permasalahannya. Dan mereka bertemu kembali. Mungkin inilah yang namanya jodoh !
Lantas apa yang akan mereka lakukan? “Gini aja deh, gimana kalo kamu nemenin aku jalan – jalan di Bali ini seharian?”ajak Fabian. “Oke, daripada aku pulang, nambah masalah”. Akhirnya kedua pasangan yang baru kenal ini sepakat untuk jalan – jalan di Bali seharian. The First, mereka akan makan siang di sebuah restoran yang menyajikan pemandangan Pantai yang indah dengan menu membicarakan pengalaman mereka yang dialaminya tadi. “Eh ngomong-ngomong kita belum kenalan, Aku Fabian kamu siapa?”. “Oh...aku Dara !!!”. “Oh ya katanya kamu artis, tapi kok kamu bisa kabur ke sini?”. Tanya Dara yang sedang meghadapi artis papan atas itu. “Oh itu..., Jadi begini ini semua karena umur aku yang gak lama lagi!”. “Hah... maksudnya?, kamu gak kena kanker atau becanda kan?”tanya Dara keheranan begitu mendengarnya. “Ini karena ramalan !!!, waktu itu aku dengan temanku ketemu dengan seorang ibu-ibu yang gak sengaja nabrak aku, terus dia bilang sama temenku “Nak...hati-hati ajalmu sudah dekat, mungkin dalam hitungan satu menit ke depan kamu sudah tidak ada” dan untuk kamu (Fabian) umur kamu tidak akan lama lagi yaitu tanggal 8 Agustus pas tengah malam!” terang ibu itu. “Awalnya gue gak percaya, tapi ramalan itu benar. Sewaktu kita pulang, temenku itu ketabrak dan akhirnya nyawanya tak tertolong”tegas Fabian. “Tapi, hari gini masih percaya ramalan?, terus sekarang kan tanggal 8 Agustus.”ungkap Dara, dengan perasaan masih tidak percaya apa yang telah diceritakan oleh Fabian tadi. “Untuk itu, aku ngajak kamu untuk nemenin hari – hari terakhirku!, terus masalah kamu tadi kaenapa?”. “Soal perkawinan tadi, sebenarnya udah 3 kali aku ngelakuin ini. Ini karena aku tidak merasa yakin akan pilihanku itu” ungkap Dara.
Setelah perbincangan itu Fabian dan Dara kembali untuk bersenang – senang dan menghabiskan waktunya ke tempat – tempat menarik seperti Legian, Kuta, dan Tanah Lot. Tak terasa seharian mereka berdua menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan, dan mungkin sekaligus ini menjadi hari terkahirnya Fabian. Dan kini waktu menunjukan pukul 10 malam, kini mereka berdua sedang duduk duduk termenung di pinggir pantai. “Apakah kamu yakin akan menemaniku hingga jam 12 nanti?” tanya Fabian, yang tengah sadar waktunya hampir habis. “Aku takkan membuatmu pergi, takkan membuatmu lari, takkan ku bagi cinta ini dengan yang lain, takkan membuatmu perih, takkan membuatmu pedih, Aku selalu disini !”. “Sebelumnya aku mau minta maaf, udah ngerepotin kamu, dan terima kasih kamu telah memberikan arti di hidupku yang sempit ini”. begitulah kata terakhir yang mereka berdua ucakan.
Waktu terus bergulir, detik demi detik, menit demi menit, waktu kian tak terasa. Sekarang hanya waktu yang akan menjawab semuanya. Mereka berdua kini menunggu waktu tersebut, tanggal 8 Agustus tengah malam. Apakah semua ramalan itu benar atau hanya kebohongan keji? Raut muka mereka berdua nampak pasrah dan cemas. Waktu menunjukan pukul 23.59, artinya satu menit lagi waktu yang tersisa untuk Fabian. Dan lima...empat...tiga...dua...satu...teng jam 12 malam tepat. Tapi tidak ada satu pun kejadian yang aneh dalam diri Fabian. Lantas apa maksud dari ramalan itu, siapa yang menjadi korban? “Nah...mana ramalan itu? Cuma boongan kan?” sindir Dara. “Ya, mungkin itu cuma sebatas ramalan saja!, terus kita besok gimana?”. tanya Fabian, yang hatinya sudah lega karena ramalan itu tak terbukti. “Mau gimana lagi, nampaknya aku harus pulang, tapi aku ingin nanti besok sore kita ketemuan lagi di sini, karena akan ada kejutan dariku !”. “Oke, tapi sebelum itu aku ingin megutarakan sesuatu!” dengan nada serius Fabian mengungkapkan rasa cintanya terhadap Dara. “Walaupun kita baru bertemu, tapi aku tak ragu untuk bisa mengatakan cinta kepadamu, biarpun hanya 24 jam aku menyatakan cinta kepadamu tapi itu tetap namanya cinta”. “Dan jika nanti kusanding dirimu, miliki aku dengan segala kelemahanku, dan bila nanti engkau disampingku, jangan pernah letih ‘tuk mencintaiku!”.
Keesokan harinya mereka berdua berpisah, tetapi mereka masih terikat janji untuk bertemu lagi di tempat semalam tadi. Akhirnya dengan berat hati mereka berdua berpisah. Setelah mereka sudah saling berjauhan. Fabian untuk sementara pulang ke hotelnya. Sedangkan Dara sudah dijemput oleh om dan tantenya, tetapi ada sesuatu yang terjadi pada Dara. Apakah itu? Ternyata saat Dara menyebrang ia tak sengaja terjatuh, dan kebetulan disana ada sebuah mobil yang melaju kencang. Dan.....??? mungkin anda sudah tahu apa yang terjadi pada Dara. Kontan saja Dara langsung dibawa ke rumah sakit oleh om dan tantenya.
Keesokan harinya, yang seharusnya Dara bertemu dengan Fabian di Tanah Lot, tapi dengan kondisinya sekarang pasca kecelakan tadi pagi, membuat Dara harus beristirahat total. Setelah ia sadarkan diri, baru ia sadar bahwa sekarang ada janji dengan Fabian, sontak saja Dara langsung berdiri dari tempat tidur rumah sakit. Brakk...!!!, Dara terjatuh, dan bertanya – tanya, kenapa ia bisa terjatuh? Ternyata kaki kanan Dara sudah tidak ada. “Mana kakiku....???teriaknya histeris. “Ini karena kecelakaan tadi pagi nak, kaki kamu harus diamputasi !”terang tantenya Dara. Ini membuat Dara cacat sumur hidup. Kaki kanannya terpaksa diamputasi, karena sangat riskan jika dibiarkan. Mendengar penjelasan itu, membuat Dara seakan tidak percaya meilhat kondisinya sekarang. Apakah ini jawaban dari ramalan tersebut? Tapi kenapa Dara yang menjadi korban? Mari kita tanya pada rumput yang bergoyang!
Di lain pihak, Fabian tidak tahu tentang persoalan tersebut. Bahkan ia kemarin menunngu Dara di tempat yang kemarin mereka telah janjikan, tapi Dara tak kunjung datang. Ini membuat Fabian kesal dan akhirnya ia meninggalkan tempat itu dengan membawa segudang rasa kesal dan setumpuk pertanyaan. “Kenapa ia tidak datang, mungkinkah ia lupa dengan janjinya?”keluh Fabian. Setelah tidak mendapatkan kabar dari Dara, akhirnya Fabian pulang ke Jakarta dengan menyimpan rasa kangen hatinya.
Yang terkubur dalam emosi tanpa bisa bersembunyi, aku dan nafasku merindukanmu. Terpuruk ku disini teraniaya sepi dan ku tahu pasti kau menemani. Dalam hidupku kesendirianku, teringat ku teringat pada janjimu kuteringat, hanya sekejap kuberdiri, kulakukan sepenuh hati. Peduli ku peduli siang dan malam yang berganti, sedihku ini tak ada arti jika kaulah sandaran hati.
Setibanya di Jakarta, Fabian berencana ingin mengurus permasalahan soal pertunangan yang kemarin dengan Tika dan soal promo album dengan manajernya. Mereka bertiga ketemuan di sebuah café. “Tika, soal hubungan kita lebih baik berhenti disini saja, karena aku sudah tak sanggup lagi dan maafkan bila ku melukai hatimu dan cinta, sunngguh ku tak sanggup berpaling darinya dan baiknya kau tak perdulikan diriku dan yang terjadi padaku sebaiknya kau relakan aku melepaskanmu.”begitulah penjelasan dari Fabian, soal hubungannya dengan Tika. “Oke, jika itu mau kamu, lebih baik kita berpisah selamanya”. Akhirnya Tika pun langsung keluar dari café itu dengan rasa benci yang amat mendalam. Dan kini hanya tersisa Arie dan Fabian, mereka berdua sekarang tengah membahas promo albumnya. Setelah terjadi diskusi yang cukup alot, akhirnya mereka berdua sepakat untuk tetap bekerjasama.
Sekarang Fabian telah sukses sebagai penyanyi dengan berbagai serangkaian turnya dalam rangka promo albumnya. Tapi di tengah kesuksesan itu, Fabian masih merindukan sosok Dara. Yang kini tidak diketahui keberadaannya. Di dalam hatinya ia berharap Dara segera kembali “Aku sudah rindu lincah manja sifatmu, aku sangat rindu kasih saying darimu, walupun kita saling mengenal dalam tempo 24 jam, tapi bagiku tetap namnya cinta!” ungkap Fabian di dalam hatinya berbisik.
Dalam suatu kesempatan ia mendapatkan tur ke Bali lagi, ini membuat hati Fabian senang. Dan berharap bisa bertemu lagi dengan Dara walaupun hanya sesaat. Suatu ketika Arie melaporkan kepada Fabian tentang seorang fans yang ingin memberikan hadiah kepadanya. “Fab, tadi aku ketemu sama cewek yang cacat mau ngasihin hadiah ini ke loe, sebenernya aku males, tapi aku kasihan lihat dia, jadi aku terima aja!”. Setelah dibuka hadiahnya ternyata hanya jam pasir. Tapi Fabian sedikit banyak mengenali jam pasir ini, dan ya...!!! Fabian teringat dengan jam pasir ini, ini milik Dara. Tapi apakah mungkin ini...???.Setelah mendengar itu, Fabian dan Arie lansung mencari gadis tadi sekaligus ingin memastikan apakah ia Dara atau bukan. Tempat demi tempat telah mereka datangi tapi mereka tak kunjung menemukan Dara. Dimanakah Dara sekarang berada?
Suatu ketika Dara duduk termenung sekaligus meratapi nasibnya kini di pinggir pantai tempat dimana ia dan Fabian sedang berduaan. Tapi kini keadaan berubah 180°, dengan kondisinya sekarang yang kini menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan, ia hanya bisa pasrah. Tiba – tiba dari arah belakang ada seorang menghampirinya dan lelaki itu langsung menutup kedua bola matanya. “Apakah kau percaya cinta akan kembali? dan masih ingatkah engkau kepadaku?, sesungguhnya aku hilang tanpamu!” tanya lelaki itu, yang perlahan - lahan melepaskan tangannya dari mata Dara. Setelah Dara berbalik badan, ternyata lelaki itu adalah Fabian. Seiring berjalannya waktu, cinta telah mempertukan mereka berdua dengan indah.
“Akhirnya ku menemukanmu saat hati ini mulai merapuh, dan ku berharap engkaulah jawaban segala risau hatiku, dan biarkan diriku mencintaimu hingga ujung usiaku!” ujar Fabian. “Ternyata cintalah yang menjawab semuanya, dan aku mungkin adalah korban dari ramlan itu, tapi apakah kamu masih yakin dengan kondisiku seperti ini?” tanya Dara. “Walaupun kondisimu seperti ini aku akan tetap berusaha mencintai kamu!”. Akhirnya mereka berdua hidup dalam kebahagian yang sempurna dan mereka saling mencintai. Walaupun mereka hanya cinta dalam waktu 24 jam. Tapi itulah CINTA.

Pujaan Hatiku

Cinta ini akan tetap tertanam dilubuk hati ini bersama PUJ44N_H4T1ku, Ku akan tetap mengenang saat indah bersamamu walau alam telah memisahkan kita tapi ku yakin suatu saat nanti kita akan bersatu dalam bahtera cinta.Saat melepas kepergianmu air mata ini jatuh bercucuran namun ku yakin kau akan tetap manjadi GUARDIAN ANGEL yang selalu bersamaku, Ku ingin kau tetap bersemayam dihatiku, Ku ingin kau tetap menjadi cahaya dihidupku, Ku ingin kau tetap menjadi bintang di hatiku. wajahmu selalu menghiasi setiap mimpi-mimpi indahku, selalu menemani setiap tidurku,selalu menemani hari-hariku.PUJ44N_H4T1ku ku akan slalu menunggu sampai saat itu tiba, ku akan slalu berdoa untuk itu.TUHAN tutuplah pintu hati ini untuk cinta yang lain, Biarkan hati ini tetap menjadi milik PUJ44N_H4T1ku. Ku akan slalu menjaga cinta ini untukmu….AMIN

Sang Mantan

Kehidupanku yang redup tanpa semangat dan hanya kegelapan nyata berubah sepenuhnya, seakan cahanya putih menerangi kesepianku yang telah lama menyelimuti hidupku. Setiap kumemangdang hari yang lalu, penyasalanku semakin membara di hatiku. Sahabatku, Dina bilang kita harus melupakan masa lalu yang rentang dan membuka lembaran baru untuk kehidupan yang baru pula. Sudah kuusahakan semua itu, namun rasa penyesalanku tidak pernah menghilang begitu saja dibenakku, seakan lembaran putih yang baru ingin kebuka berubah menjadi hitam pekat dan aku harus membersihkannya dulu. Namun semua itu berubah ketika seseorang yang bahkan tidak terfikirkan olehku hadir kembali dalam kehidupanku yang rentang ini. Dia seperti malaikat yang dikirim Tuhan untukku, untuk membuat senyumku kembali seperti dulu. Saat aku berjalan menyusuru koridor sekolah, seseorang melewati ku dia berjalan santai seraya tanpa beban dipundaknya, aku berhenti sejenak memangdang punggunnya. Tiba-tiba dia menoleh kearahku dan tersenyum kemudian meneruskan langkahnya kembali. Aku tersentak saat dia tersenyum padaku, buru-buru aku melanjutkan langkahku dan menahan senyum yang mengembang dihatiku terdalam dan berharap dia tidak mengetahui salah tingkahku, malukan! Pikirku.Kabanyakan orang mungkin tidak mood dan malas saat seseorang yang pernah tinggal dalam hati kita dan kemudian menyakiti kita kembali di kehidupan yang baru. Namun itu bukan yang sedang kurasakan sekarang, entah apa dan mengapa yang terjadi kepadaku itu masih membinggungkanoleh diriku sendiri. Tak tahu mengapa saat melihatnya rasa penyesalanku sedikit terobati, dia adalah Evan, sang mantan. Evan kembali kekehidupanku yang telah lama aku lupakan. Setelah pertemuan teakhir kita di taman kota baru Jakarta 4 tahun yang lalu. Ku kira aku tidak akan pernah lagi bertemu dengannya, namun dugaan ku salah. Bahkan dia pindah ke sekolahku di SMA Kartini Jakarta. “Kyky!” seseorang menyapaku, aku menoleh pada suara dibelakangku, “ternyata kau!” ucapku pada Dina, sahabatku. Dina sahabatku sejak duduk dibangku SD, dia tahu seluk beluk dalamku dan dia juga tahu tentang Evan, pastinya. Karna hanya kepada Dina aku mengutarakan dan menumpahkan isi dihatiku. “kau sudah tahu kalau dia pindah ke sekolah ini?” Tanya Dina ragu-ragu, aku tidak menjawab dan hanya mengangukan kepala. Tatapanku masih pada papan pengumuman yang kulihat dari tadi. “jadi bagaimana menurutmu?” Tanya Dila yang belum puas. “memang apa yang ku harap kan padanya, aku bukanlah siapa-siapa untuknya bahkan mungkin dia sudah melupakan hubungan yang pernah terjalin diantara kita, atau mungkin dia sudah lupa denganku!” jawabku, terlihat Dila semakin kesal “aku tahu perasahanmu padanya dan rasa penyesalan itu!” ucap Dila kemudian, aku memandangnya tajam “itu masa lalu bukan,  dan seperti yang kau bilang, kita harus melupakan masa lalu yang rentang dan membuka lembaran baru untuk kehidupan yang baru pula” jawabku santai. “wohh salut dengan ingatanmu yang super!” ucap Dila yang semakin kesal. “apa sih yang kau baca dari tadi?” Tanya Dila, dia memang sadar kalo dari tadi aku sedang membaca pengumuman yang tertempel di papan pengumuman. “lomba puisi!” ucap Dila yang baru saja membaca judul pengumuman itu. “kau tertarik?” tanyaku, yang kini memalingkan pandanganku pada Dila yang tepat berdiri didepanku, tinggi kita hampir sama. “bukannya aku yang harus bilang, Kyky kau tertarik tidak?” Tanya Dila dengan nada lebaynya. “ehhmm entahlah, lomba itu diadakan sebulan lagi, pendaftaran dimulai seminggu lagi, aku harus mengirimkan satu puisi, tapi.. entah kenapa semangatku sedang redum saat ini.”. “apa karna penyesalanmu?” Tanya Dila menebak. Aku tidak menjawabnya, karna itu memang benar dibenakku masih ada sedikit rasa penyesalan yang belum lenyap, ingin rasanya aku mengatakan itu padaya tapi hati ini keburu sakit. Dila masih menunggu jawaban dariku, tapi untung saja Bell masuk terdengar tanpa basa basi aku menarik lengannya dan masuk kekelas. Belum sampai kekelas dia kembali melewatiku, aku spontan berhenti kemudian disusul Dila yang ada dibelakangku “Evan” gumamku lirih, tanpa ku sadari sebelumnya, Evan menoleh dan kemudian tersenyum padaku, saat itu waktu seakan berhenti berputar dan nadiku seakan berhenti berdetak. Dila yang yang beru memperhatikan tingkahku, dia hanya berdaham-daham rame, sebelum berlanjut lama aku menarik Dila dan masuk kekelas sebelum guru-guru datang.
♥ ♥ ♥
Semakin hari berjalan dan waktu ini semakin berutar, perasaan itu masih tetap tebanyang. Sudah ku berusaha keras untuk melupakan hal yang lalu namun hasilnya nihil. Saat dia tersenyum apakah berarti dia masih care denganku, ataukah aku yang kecentilan. Hari ini tanggal 7 July tepat hari ulang tahunnya. Dan hari ini aku berencana untuk memberikan sesuatu untuknya. saat bell istirahat berbunyi itulah saatnya aku memutuskan untuk kekelasnya, XIIipa2 hanya beberpa kelas dari XIIapa5, kelasku. Aku berjalan melewati korodor sekolah menuju kelasnya, ditanganku ada sekotak kado untuknya. aku memang sudah mempersiapakan sendiri. Saat sampai didepan kelasnya, tiba-tiba rasa kekhawatiran dan was-was melandaku, aku bahkan merasa takut untuk bertemu dengannya. Tiba-tiba dia keluar dari kelas, aku terkejut dan menyembunyikan tanganku dibelakang punggungku. “hai!” sapa Evan. “hai juga” balasku gugup. “kau ingin menemuiku?” tanyanya kemudian. Aku memalingkan muka dan berharap dia tidak melihat wajahku. “Evan!” suara memanggil Evan, aku dan Evan sontak menoleh padanya, ternyata Riri kelas XIIips1, “hai beb! Ke kantin yuk!” ucapnya. Dan aku baru sadar kalo Evan bener-bener udah melupakanku, aku menyesal sudah kesini. “kau kesana saja dulu, nanti kususul” jawab Evan pada Riri, dan kemudian Riri pergi. Aku memutuskan untuk pergi dari tempat itu dan kembali ke kelas, itu lebih baik. Karna saat ini perasaah ku hancur lebur seakan di gigiti oleh serigala yang lapar. Dan saat aku melangkah sebuah tangan menarik lenganku, aku menoleh ternyata Evan “kau kesini bukan untuk menyapaku saja kan?” tanyanya dengan candanya. Aku menatapnya tajam, dia benar-benar berubah. Dia lebih tinggi, lebih tampan dan lebih dewasa, namun yang tidak berubah adalah candanya, yang selalu ku rindukan. “apa itu? yang ditangan kamu?” Tanya Evan penasaran yang  melihat bungkusan kotak ditanganku. Aku menoleh pada bungkusan kotak itu, “ngg ini untuk mu” ucapku dengan menyerahkan bungkusan kotak itu yang ditanganku. “untuk ku?” Tanya Evan lagi. “yah, happy birthday” jawabku. Evan menerimanya, dia menatap kotak itu dan kemudian menatapku dan itu membuatku gugup. “kau masih mengigat ulang tahunku?” tanyanya kemudian dia tampak serius dari pada sebelumnya. Aku bahakn tidak tahu, dia akn menanyakan hal itu, itu diluar jangkauan ku. “aku tidak sengaja masih menyimpan pengingat di ponselku” jawabku gugup, kali ini benar-benar gugup. Aku melangkah pergi dari tempat itu, “hai, thanks!” teriak Evan saat aku sudah didepan kelas XIIipa4, aku tidak menjawabnya, aku hanya tersenyum dan melanjutkan langkahku.Saat itu semuanya berubah, Evan selalu menyapaku dia juga terkadang mengajakku. Penyesalanku sedikit terobati, dia tidak melupakanku itu cukup untuk membuat hidup ku tenang sekarang, tidak dihantui rasa bersalah. “Kyky” seseorang memanggilku, aku menoleh tampak Evan dari kejauhan dengan lari-lari kecilnya mengarah padaku. Bell pulang sekolah udah lewat 2 jam yang lalu. “kau belum pulang?” tanyaku saat dia sudah ada disampingku. Dia tidak menjawab langsung, sepertinya dia ngos-ngosan. “ngg kau sibuk sekarang?” tanyanya kemudian. Aku mengeleng, dan kemudian dia menarik lenganku dan menyuruhku naik kemptor yang diparkirkan didepan sekolah. “kau mau mengajakku kamana? Jangan-jangan kau mau menyulikku?” tanyaku saat motor itu melaju cepat, dann entah kemana tujuaannya. “tenang saja, aku tidak akan menculikmu, lagian siapa yang mau denganmu!” serunya dengan nada keras agr terdengar olehku. Jalanan macet banyak kendaraan yang lewat. Sepuluh menit kemudian kami tiba di pantai. Pantai ini begitu sepi, disini juga tidak terlalu luas hanya beberapa meter saja, namun suasananya berbeda degan yang lainya. Disini lebih sejuk dan pohon-pohon kelapa juga tampak dipesisirnya. Pasir disini juga tampak putih dan bersih. Ini bisa untuk tempat pariwisata, kenapa jarang oaring yang berkunjung disini! Pikirku. “disini, aku selalu menumpahkan kekesalanku. Suasanyanya berbeda, disini juga jarang ada orang jadi kau bebas berekspresi disini” ujar Evan, yang kini duduk dan disusul oelhku. “kau benar!”. Burung-burung seakan bernyanyi-nyanyi memainkan alunan music dihatiku. “apakah aku boleh menjadikan ini menjadi tempat faforitku?” tanyaku pada Evan. “tentu saja” jawabnya singkat.
♥ ♥ ♥
Dan hari sesudahnya, Evan sering mengajakku pergi, kadang ke pantai, ke mall kadang juga kita belajar bersama buat mempersiapin ujian nanti. “mungkin dia suka denganmu lagi” ujar Dila saat kuceritakan semua yang terjadi padaku. “yah tidak mungkin lah, dia tuh udah punya cewek”. Mendengar jawabanku Dila langsung melotot padaku. “siapa?” tanyanya penasarang, “Riri” jawabku singkat. Dila tidak percaya bahwa Riri adalah cewek Evan. “yah udahlah kekantin yuk!” ajakku, dengan nada lemas. Dila tidak menjawab, dia langsung melangkahkan kakinya menuju kantin. Tiba-tiba Dilla berhenti, spontan aku yang sedang dibelakangnya juga berhenti. “kenapa berhenti?” tanyaku. Tampak Dila mengingat sesuatu, dia emnepukan keningnya dengan tangannya. “aku lupa, kamu harus bantu aku, titik!” ujarnya yang langsung menarikku menuju kelas. “apa sih?” tanyaku lagi ketika Dila mengeluarkan selembar kertas dan bolpain di meja dudukku. ”bantuin aku buatin puisi, please! Mohon dila, tapi aku belum paham dengan semaunya. “aku harus buat puisi agar nilai bahasa indonesiak yang kurang kemarin memenuhi nilaiku sekarang. please yah!”mohon Dila lagi. “aku lagi tidak punya ide!” selaku. “gimana kalo tema cinta, ceritanya bahwa seseorang saling bercinta kemudian mereka putus gara-gara pangerannya pergi meninggalkan dan putrinya belum bilang  kalau dirinya juga mencintai pangeran itu, rasa menyesal melandanya…”. “bentar.. kok kisahnya mirip!” potong aku. Tapi Dila Cuma nyengir. “besok dikumpulin, BU Asti pasti marahain aku”, ucap Dila dengan ekspresi wajah cemas dan takut. “loh bukannya nilai kamu kemarin bahasa indonesia lumayan bagus kok” protesku. “pokoknya ini harus dikumpulin segera, tolong, kalau kamu masih mengangapku sahabat”, gara-gara Dila memaksa, aku tidak bisa berkutik lagi, terpaksa aku membutkan puisi untuknya. limabelas menit kemudian aku memberikan sepucuk kertas pada Dila yang berisi puisi, untung ajah dia mau membelikan jajan di kantin sebagai mengganti, aku membuatkan puisi untuknya, lumayanlah mumpung gratis.Pulang sekolah Evan mengajakku ke pantai lagi, katanya hari ini ada pameran yang diadakan disana, Evan bilang Duta wisata menjadaikan pantai itu sebagai tempat wisata yang harus dijaga. Dan saat kami tiba disana hanya keramaian yang ada. Pameran perdana yang diadakan disini adalah sebagai acara pembuka pantai ini sebagai tempat wisata. Hari ini adalah hari yang sangat membahagaiankan untukku. Ternyata Evan tidak berubah ia masih tidak suka dengan keramaian, padahal dia jyang mengajakku ke pameran ini, malah dia yang tak mau masuk ke pantai. “kau memakai kalung pemberianku?” tanyaku pada Evan saat ku melihat kalung yang pernah kukasih untuknya melilt dileher manisnya. Karna Evan tidak mau melihat keramaian kami hanya berjalan-jalan disekitar pantai yang sepi. Tampak Evan melirik kalung yang dipakainya, “aku suka kalung ini, mengapa tidak ku pake, sia-sia bukan!” jawabnya. Dia berhenti dan menatapku, dia tampak tersenyum. Aku membalas senyumnya, kemudian dia menarik tanganku dan memberikan sesuatu ditanganku. Sebelum dia mengijinkanku membuka tanganku, dia melangkahkan langkahnya. Tanganku merasa tak enak segera aku membuka tangannku yang menggumpal. Cacing! Pekikku. “aggrrhhh!” aku teriak dan langsung membuang cacing kepasir. “EVAN……….!!!”
♥ ♥ ♥
Sebulan berlalu begitu cepat, bahkan rasa penyasalan yang sekian lama menghantuiku kini semakin lama semakin redup dan menipis dibenakku. Hari-hariku kini serasa berbagai bunga-bunga yang sedang mekar dimusim seminya, tapi sepertinya langit tak mendukung pendapatku, awan gelap dan angin yang berhembus ria dipagi ini memberikan tanda-tanda hari akan hujan. aku berjalan menuju gerbang sekolah sebelum Dila berteriak dibelakangku. “ada apa?” tanyaku. Namun Dila tidak menjawabnya, dia tampak ngos-ngosan, mungkin habis berlari. “kau menang!” jawabnya kemudian. “maksudmu?” tanyaku yang belum mengerti maksud Dila. “maaf, aku mengirimkan puisi yang kau buat sebagai bukti pendaftaranmu. Hari ini”, kemudian dia berlari setelah emnjawab itu. aku baru menyadari maksdunya. Lalu aku mengejarnya dengan rasa marah, kesal, senang campur aduk kayak rujak.Baiklah kita sambut satu persatu finalis lomba puisi sekolah yang nantinya 3 besar yang akan kita pilih sebagai sang puisitis. Baiklah kita sambut pemenang dengan nomor urut pertama, andaini arya yang akan mengekpresikan puisinya dengan membacanya. setelah MC membacakan daftar nama pemenang lomba puisi tahun ini diatas panggung. Tepuk tangan dari siswa-siswi SMA Pelita terdengar ramai. “kau mau kemana, nomor undianmu 10” ujar Dila ketika melihatku akn pergi meninggalkan nya. “aku mau kekelas Vian bentar” jawabku. Aku melangkah menuju kelas Vian, sedang Dila ternyata tidak mau ditinggal dan dia ikut. Spontan aku berhenti dan Dila yang ada dibelakangku menabrakku, saat kami sampai didepan kelas Evan “ada apa?” Tanya Dila lirih hampir membisik malah. “ada Riri didalam” jawabku singkat. Aku memang melihat Riri didalam kelas Evan, dan mereka hanya berdua. Aku tidak mau melihat semua itu namun Dila menahanku untuk pergi dari tempat itu. “beb, aku tau kok, kenapa kamu kesekolah ini, aku juga ngerti apa yang sedang kamu pikirkan sekarang” Suara Dila memang keras, jadi tanpa menguping aku dan Dilapun pasti akan dengar. Namun kami tidak mendengar jawaban darii Evan, mungkin dia memang diam saja. “aku tahu ini semua ada hubungannya kan dengan Kyky, mantan kamu”. Aku langsung tertegun Mendengar namaku disebut-sebut, Dila tampak serius mendengarkannya. Sedangkan aku malah tak enak perasaanku. “aku tahu kamu ngedeketin dia, dan setelah dia tertarik denganmu kamu akan membuangnya karna dia udah pernah menyakitimu”. Mendengar semua itu seraya hantaman keras memukul wajahku yang kini tampak pucat. Evan tampak melirik keluar dan tanpa kusadari dia melihatku didepan kelasnya. Aku langsung berlari dan saat itulah tangisku meledak. Dila menyusulku. Aku berhenti di belokan kantin, disana sepi tak tampak satupun orang, mungkin karna siswa-siswi sedang sibuk menonton lomba puisi yang diadakan di lapangan basket di tengah sekolah dengan panggung seperti biasa. Disana aku benar-benar menangis, tiba-tiba Dila tampak datang menuju ke arahku dan memeluku. Baiklah kita lanjutkan dengan nomor undian 8. MC tampak membacakan nomer undian berikutnya. “sebentar lagi giliranmu, tapi aku tidak memaksa untuk mengikuti lomba ini kok, dari awal kau memang tidak mau, jadi aku tidak akan memaksamu”. Aku diam saja menatap tanaman kecil yang dipot depan kantin, aku tidak bisa menahan tangisku lagi, tampak Dila yang ada disampingku juga matanya berkaca-kaca. Tepuk tangan meria terdengar dari lomba, sesorang yang mempunyai nomor undi 8 tampak turun dari tangga kecil panggung. Dan kita langjutkan dengan peserta nomor 9, kyky aprilia. “itu giliranmu, tapi aku benar-benar tidak memaksakan, aku hanya ingin sahabatku bahagia” ucap Dila. Tapi aku tidak menjawabnya pikiranku masih tertuju pada Evan, kenapa harus percaya dengan. Bodoh! Makiku dalam hati. Saudara kyky aprilia dimohon keatas panggung, suara itu jelas-jelas kudengar, tapi aku tidak beranjak sedikitpun dari tempat itu aku merasa tidak kuat lagi untuk berbicara, seakan mulut ini membeku dengan isak tangis yang tak tertahan. “biar aku yang bilang pada MC bahwa kau mengundurkan diri” ucap Dila yang kini meninggalkan tempat itu. aku berdiri dan menahan lengan Dila, kemudian Dila menoleh padaku “aku akan membacakan puisi itu!” ucapku, yang kini meninggalkan Dila dengan kebimbangan. Kini aku berdiri di panggung tanpa sepucuk kertas apapun yang berisikan puisi yang akan kubaca seperti yang lainnya. “kau tidak membawa puisimu?” Tanya salah satu MC, kerna aku tidak membawa apapun. “aku sudah menghafalnya!” asalku, padahal akupun baru tahu kalo aku ikut lomba ini.
Ingatkah kau kenangan yang dulu
Benci, kesal, marah yang kau lakukan
Tapi satu yang ku selalu ingat
I love you yang kau utarakan
aku berhenti sejenak, rasanya tak kuat lagi tuk berbicara. Tangisku meledak disana dan suasana semaki hening. Kemudian aku melanjutkannya.
Sembunyi-sembunyi pahitnya bersamamu
Kau berusaha untuk menghapus pahitnya itu
Dan masa itu berlalu hingga lautanmu menghancurkannya
Kau ada untukku, walau tak kuinginkan
Kau datang padaku, walau tak kuharapkan
Dan saat kau pergi, semuanya hampa bagiku
Kehilangan bagaikan serparuh jiwaku menghilang
ditelan kesepian
kini penyesalan bertubi-tubi menghantam
tak kuat aku rasa, seraya hidupku tak ada arti
bagai lautan yang kering rentang tanpa air
waktu berputar dan kini kau kembali dengan senyuman
kau rangkul tanganku, memberikan semangat baru
namun semuanya tak nyataa
ku hanya mengejar harapan kosong
bahakan anginpun tak dapat meraih itu
hingga tubuh ini merasa tak berdaya lagi
wahai sang mantan
aku berhenti, semua tepuk tangan bahkan lebih ramai dari peserta lain terdengar. Pipiku basah dipenuho air mata yang terus mengalir. Tampak Dila pun ikut menangis. Tubuhku lemas, jemariku terasa dingin dan aku berlari pergi dari panggung, semua penonton menatap kepergiaanku. Aku berlari di koridor-koridor sekolah, tak peduli semua penghuni sekolah menatapku, tak peduli kaki ini terasa melambat. “Kyky!” Evan meneriaki namaku, namun aku tak memperdulikannya.Aku tidak tahu kemana aku kan pergi, tapi pantai itu lah yang pertama kali muncul dibenakku. Aku pergi ke pantai yang sering kudatangi bersama Evan. Berharap disana sepi dan dugaanku benar tak seorangpun ada dipantai itu, aku tidak memikirkan kenapa karna aku tak mau memikirkan. Aku memandang sejauh pantai, lombak-ombak seakan bergerak-gerak menerjangi pasir. Bunyi langkah terdengar dibelakangku dan kemudian berhenti. “apa tujuanku kembali kekehidupanku?” tanyaku pada sosok yang datang dibelakangku. Aku tahu dia Evan parfumnya yang kukenal, aku tidak menoleh pdanya.”apa hanya untuk menyakitiku?” tanyaku lagi tapi masih tetap tak menoleh. “apa maksudmu?” Tanya Evan kemudian. “kenapa kau tak puas setelah apa yang ka perbuat untukku, kenapa  kau senang melihatku sakit, Evan” teriakku padanya yang kini ku menatapnya, pipiku masih basah. “aku bersumpah, aku tidak pernah berysaha menyakitimu Ky, tidak pernah sekalipun” ucap Evan, dia menatapku tajam. Aku menangis dan tubuhku lemas, hingga akhirnya aku terduduk. “jangan mendekat!” teriakku saat Evan mulai mendekat. “tapi kenapa kau pergi meninggalkanku tanpa pamit, aku pergi tanpa memberitahuku. Kenapa aku harus tahu bahwa kau pergi dari orang lain, kenapa Evan?” tanyaku dengan nada kesal, marah kecewa. Evan diam saja dia tampak belum mengerti, atau memang pura-pura tak mengerti. “kau pergi tanpa memberi kesempatan untuku, kesempatan bahwa aku mulai menyayangimu!” ucapku. Tangisku meledak lagi, aku menundukan kepala agar Evan tidak melihat wajahku. Evan mendekat dan kemudian memelukku. “aku tidak pernah pergi dari kehidupanmu, aku akan tetap disisimu dan asal kau tahu kau akan selalu ada dihatiku sampai kau bilang bahwa kau mencintaiku” ucap Evan yang kini memelukku erat. “aku mencintaimu, sang mantan!” ucapku malu-malu, tapi itulah yang ku inginkan dari dulu, mengatakan bahwa aku mencintainya. Aku tersenyum manja, rasanya penyasalan dulu bbenar-benar lenyap. “jangan katakan aku sang mantan. Karna aku bukanlah mantanmu, aku tetap milikmu dari dulu”, ucapnya halus. “heh tunggu kau bilang aku tak pamit saat aku pergi?” tanyanya kemudian, aku melepaskan pelukaknya namun kita masih terduduk. “kau memang tak pamit” jawabku singkat. “aku memberimu surat, dan menyuruhmu pergi ketaman. Kau tahu betapa lamanya aku menunggu dan ternyata kau tak datang!”. “aku tidak menerima surat apapun” bingungku. “sudahlah, lihat itu” Evan menunjukan dua burung merpati putih yang berduaan di pesisir pantai. Aku dan Evan sama-sama tertawa, Evan menoleh padaku dia mengusapkan air mata dipipiku. Dia menatapku tajam dan akupun melakukan hal yang sama, kemudian dia mencium keningku. “I love you”
-tamat-
by: novia Andini

Pohon Cinta

Dingin, sejuk, embun, basah itulah yang dirasakan Gina pagi ini. Hujan memang belum reda dari tadi subuh, diliriknya jam beker berbentuk hati di meja tempat tidurnya dan menunjukan pukul 07.30, dan bingkai foto disebelahnya bersama sang pacar, Ryan. Gina ingat sekali pertemuan terakhir dengannya, dibawah pohon cinta dimana Ryan pertama kali menyatakan cinta kepada Gina. Dan disanalah Ryan mengatakan perpisahannya, Ryan pergi ke Australia karena ayahnya sakit. Tetapi ia berjanji akan kembali dua tahun lagi ditempat itu juga. Hampir dua tahun akan berlalu, tetapi tiga bulan ini komunikasi mereka putus, setiap hari Ryan menghubungi Gina hanya sekedar menanyakan keadaanya, tetapi kini tidak satupun Ryan menghubunginya. Tidak tersadar setetes air mata Gina jatuh dipelupuk matanya, namun ia langsung mengusapnya. Dia pasti kembali, itu janjinya! batinya. Beberapa menit terdiam dan termenung, dingin hujan semakin redah. Sebuah handpone berwarna silvernya berbunyi. Dilihatnya sebuah sms masuk dari Tia, sahabat baiknya.
From : Tia(+6285642642009)
To : Gina(+6285727222345)
Gin, kamu ke toko sekarang ya?Aku mau ngenalin kamu dengan seseorang.
Belum Gina membalas sms dari Tia, ia hanya pasrah tubuhnya terhempas berdiri dan mandi dan mengikuti apa yang disuruh Tia, yaitu pergi ke toko. Toko bunga “LESTARI” adalah tempat dimana Gina dan Tia bekerja.Setelah pamit dengan kedua orang tuanya, Gina langsung pergi tanpa sarapan. Jam tanganya menunjukan pukul 08.30 setelah Gina sampai di toko, tetapi masih sepi karena toko dibuka pukul 09.00. Beberapa menit Gina menunggu di kursi depan toko, seorang pria bertubuh tinggi dan berkulit putih seperti bule dengan wanita disampingnya yang tidak asing dimata Gina. Ternyata itu adalah Tia, sahabatnya yang ditunggunya dari tadi, dan seorang pria yang tidak dikenalnya.“hai Gin, maaf ya lama”. katanya dengan nada lembut dan wajah Tia seperti memohon maaf dengan isyarat matanya. Tetapi ekspresi wajah Gina tidak berubah.”… ini yang tadi aku bilang, aku mau ngenalin kamu dengan teman aku” lanjut Tia.“Gio, Gio Hanum”. Gio yang disamping Tia memperkenalkan dirinya dengan Gina.“Gina”. Jawab lirihnya dengan ekspresi wajah yang tidak berubah, sesekali terlihat senyum paksaan diwajahnya.
☺☺☺
Satu minggu menjelang dua tahun kepergian Ryan, Gina hanya bisa memandang fotonya untuk menghilangkan kerinduan yang dirasakan. Akhir-akhir ini hati Gina memang gelisah, Kuliahnyapun terganggu dengan keadaan yang dirasakannya. Satu minggu lagi! dia akan kembali ataukah dia akan pergi dari kehidupanku! Batinnya. Terus menerus Gina memikirkan keadaan Ryan, belum siap dan tidak rela seandainya Ryan meninggalkan dirinya.Sore ini masih terasa panas, Gina yang memang tidak ada kuliah dari siang tadi, hanya tidur-tiduran dikamarnya, hanya memandang langit-langit kamarnya yang penuh dengan hiasan bintang. Dua tahun ditinggal Ryan bagaikan 100 tahun yang harus ia jalankan tanpanya. Sekilas Gina tertidur pulas di ranjangnya. Betapa kaget ketika handponenya berbunyi, dilihatnya sebuah sms masuk dari Gio.
From : Gio(085644551551)
To : Gina(+6285727222345)
Aku akan jemput kamu jam 7 tepat.
Malam ini Gio memang sengaja mengajak Gina makan malam. Jam 7 malam tepat Gio menjemputnya seperti yang dijanjikannya.Restoran Mawar, JakartaGio telah mempersiapkan ini semua, sebuah meja yang dihiasai dengan lilin merah dan hidangan yang telah siap disajikan.
Saat memasuki restoran betapa kaget hati Gina mengetahui bahwa ini semua hanya untuk dirinya.“kamu melakukan ini semua hanya untukku?”Tanya Gina yang kini telah duduk.Gio tidak menjawab apa-apa melainkan menekuk salah satu kakinya dan memegang tangan Gina bagaikannya pangeran yang sedang melamar putri raja.“maaf kalau ini terlalu cepat buat kamu, aku hanya ingin mengatakan sesuatu yang kini terpendam dihati aku, aku tidak ingin rasa ini terpendam jauh……. Aku sangat sayang denganmu, saat pertama kali kita bertemu ada sedikit rasa yang berbeda yang terpancar dimatamu”. Ungkap Gio yang kini melepaskan tangan Gina”…. aku tidak mau dengan mengatakan ini semua, kamu menghindar dariku. Aku hanya ingin kamu tahu isi hatiku selama ini. Aku juga tidak memaksa kamu untuk menjawabnya” lanjutnya dengan nada yang gugup.Begitu lama Gina menjawab, Gina memang kaget dengan apa yang baru saja diungkapkan Gio.“maaf Gi, aku tidak bisa menjawab itu semua sekarang, aku masih belum bisa membuka hatiku buat orang lain. Masih ada seseorang dihatiku yang masih belum bisa hilang”“siapa dia?” tanyanya penasaran.“Ryan”
☺☺☺
Seminggu telah berakhir, hari inilah janji Ryan akan bertemu dengan Gina di pohon cinta. Sebuah harapan muncul dari hati Gina pagi itu, tetapi sedetik kemudian harapan itu berubah menjadi kegelisahan. Kini genap dua tahun Ryan meninggalkan Gina.Gina bangun, Ryan sudah menunggu dipohon cinta! Batin Gina, ia mengusap air matanya. Dua jam kemudian Gina sudah berada di pohon cinta, ia melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 09.00, hari ini memang sedikit mendung, itu juga yang dirasakan dihati Gina. Pohon cinta! Gumamnya kecil. Pohon cinta hanyalah sebuah pohon tua, yang ada di pusat taman kecil di Jakarta, banyak orang-orang yang sering datang ketaman ini, karena panorama danau dan pohon-pohon menjadikan taman ini begitu nyaman. Jam 15.00, tidak ada orang satupun ditempat itu, hanya Gina yang masih setia menunggu. Kini hujan mulai turun, langit memperlihatkan suasana hati Gina saat ini. Semakin deras hujan turun, tetapi Gina masih tetap bertegu.Dari embun hujan terlihat seorang pria yang datang ke Gina. Gina mengusap matanya agar dapat menembus titik-titik hujan. Itu Ryan, Ryan datang, itu Ryan! batinya. Terlihat senyum yang selama ini hilang menghiasi wajahnya. Seorang pria itu mendekat dan mendekat, sampai Gina dapat melihat dengan jelas wajahnya.“Gio?”. Ucap Gina dengan nada kecewa.“mengapa kamu disini, ayo cepat pulang, semuanya khawatir dengan mu!” kata Gio dengan keras agar terdengar Gina, karena hujan semakin deras.“sedang apa kamu kesini, siapa yang bilang Gina disini, Gina akan tetap disini sampai Ryan datang!”. Jawab Gina, yang menolak untuk pergi.“Ryan tidak akan datang!” teriak Gio dengan menarik tangan Gina yang terlalu kuat dan akhirnya Gina tidak bisa menolaknya.
☺☺☺
Satu minggu telah berlalu dari kejadian itu, Gina hanya bisa merenung dan melamun. Kekecewaan Gina semakin dalam, karena Ryan tidak menepati janjinya. Tapi banyangan Ryan tidak bisa menghilang difikiran Gina. Ingin rasanya ia melupakannya, tapi itu membuat Gina semakin rindu dengannya.Siang ini memang terasa sejuk karena langit sedikit mendung, toko bunga Lestari begitu ramai pengunjung. Bu Astri pemilik toko sedang pergi, Jadi hanya Gina dan Tia yang kini menjaga toko. Gina memang sedikit kurang sehat saat ini, tapi ia memaksakan dirinya untuk bekerja.“Ryan?”serentak Gina kaget ketika salah satu pengunjung mirip dengan wajah Ryan yang sedang memilih bunga. Gina berusaha mengejarnya dalam terdesakan orang-orang yang ramai. Akhirnya Gina sampai di belakang pria itu. keringat basah Gina kini membanjiri wajahnya, dan nafasnya kini tersendak-sendak.“Ryan?”teriaknya lirih ketika pria itu menoleh. Gina hanya terdiam dan ingin rasanya tangannya memegang wajahnya.“maaf, anda siapa ya?”“Ryan?”.kata Gina lagi, mata Gina berkunang-kunang dan wajah Ryan di depan matanyankini seolah-olah menghilang. Dan kemudian semuanya gelap.Sejam lebih Gina belum tersadar dari pingsannya. Bu Astri sudah kembali dari urusannya dan kemudian menyuruh Tia untuk istirahat dan menemani Gina. Kini mata Gina yang semula tertutup perlahan-lahan membuka.“Gina, kamu baik-baik saja kan?” Tanya Tia yang berada disebelahnya dan memberikan segelas air putih untuknya. Dan perlahan Gina meminumnya.“Ryan?, Ryan mana Tia?” Tanya Gina ketika ia ingat apa yang terjadi sebelumnya. Tia hanya memalingkan wajahnya dan tidak menjawab sepatah katapun. “Tia Aku mohon jawab pertanyaanku!” Tanya Gina tetapi tetap tidak ada jawaban”… Tia kamu tahu selama ini aku menunggunya, kamu tahu betapa aku sangat merindukannya, Tia tatap mataku!” kini Gina teriak dengan nada keras, ia menganggap bahwa Tia menutupi sesuatu darinya.“sudahlah Gin, jangan memikirkan itu lagi, lupakan Ryan!” ucap Tia tidak mau kalah, kini ia berdiri dari tempat duduknya dan memandang wajah Gina yang masih pucat “dia hanya pembohong, mana janji yang selama ini dikatakannya, mungkin dia lupa atau memang dilupakan, Gina lihat di depanmu, bagaimana dengan Gio, dia benar-benar sayang denganmu!”“cukup!!” teriak Gina dengan menutup kedua telinganya dengan tangannya. Dan kemudian lari keluar toko. Tapi Tia segera menyusulnya. Belum sempat membuka pintu, seorang pria membuka pintu dari luar, pria itu tidak asing di mata Tia.“Gio?” ucap Tia spontan yang disambut dengan senyum kecilnya. Kemudian dibelakang Gio disusul sesosopria, dan juga tidak asing dimata Tia. Tapi siapa! Batinya. Tia seakan pergi ke masa lalunya untuk mengingat, sebuah kenangan kini dikepalanya. Dan kemudian…“Ryan?”
☺☺☺
Dua hari berlalu dengan cepat, Gina masih sedih dengan ucapan Tia yang lalu. Jam menunjukan pukul 09.00 pagi, hari ini Gina memang sengaja datang di Pohon Cinta. Hati Gina sekarang memang sedang gelisah, tak tersadar air mata Gina jatuh di pipinya.“Ryan, mungkin yang dikatakan Tia memang benar”. Ucapnya dengan nada sesak.”… tidak seharusnya aku disini tengelam dalam kegelapanmu dan menunggu cahaya darimu kembali, Apa aku harus tetap menunggumu yang entah kapan kamu kembali, Apakah seharusnya aku menolak semua keceriaan dari cahaya yang datang untukku, maafkan aku jika aku harus melupakanmu dari hatiku” lanjutnya, “Maafkan aku Ryan!” ucapnya lagi dengan air mata yang membasahi pipinya. Dikamar Gina, tidak terlihat lagi bingkai fotonya dengan Ryan. Gina memang sengaja mengganti fotonya dengan foto keluarga, ia tidak ingin kenangan Ryan tidak bisa terhapus dalam fikirannya walaupun itu begitu sulit baginya. Gina terkaget dari lamunannya, handponenya berbunyi dilihat nama Tia dilayar handponenya.“halo, Gina? Aku senang akhirnya kamu mengangkat telepon dariku, aku….” “sudahlah, apa yang mau kamu katakan?” terang Gina.“Gina maafin aku, kamu sahabatku, kamu yang paling mengerti aku”ucap Tia, tetapi tidak terdengar jawaban apapun dari Gina.”… oke, sudahlah lupakan itu, kalau kamu memang tidak mau memaafkanku, tapi kamu harus ke rumah sakit sekarang, ada sesuatu yang harus kamu lihat” lanjutnya. “Apa yang harus aku lihat, apakah penting buat aku?” Tanya Gina.“kamu harus kesini sekarang, kamu akan tahu semuanya tentang Ryan” jawabnya. Kemudian Tia menutup handponenya. Gina kaget mendengar nama Ryan yang disebut oleh Tia. beberapa menit kemudian Gina beranjak pergi ke rumah sakit yang dikatakan Tia.Gina berlari di koridor rumah sakit yang ditunjukan oleh Tia, tidak tahu apa yang harus dilakukannya, tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu, ia hanya bisa berlari dan mencari tahu apa yang terjadi. Telihat Tia dan seorang pria yang berdiri diujung lorong, Gina mendekat dan mendekat.“Tia?” ucap Gina saat sampai di depan ruang UGD. Tia menoleh dan kemudian memeluk sahabat Gina. “Gio? ucap Gina lagi saat melihat seorang pria yang duduk disamping Tia. “… apa yang terjadi?” tanyanya.Gio mengatakan semua yang terjadi kepada Ryan, Gina yang mendengar penjelasan Gio hanya bisa mengangis dalam pelukannya Tia, ia merasa bersalah sekali dengan apa yang dilakukannya ketika ingin melupakannya.Beberapa jam kemudian Ryan sudah dipindahkan pada sebuah ruangan pasien, ditemani Tia dan Gina yang masih disana. Tia yang terlihat lelah kini tertidur pulas pada kursi yang memanjang disamping ranjang pasien. Dan Gina masih terbangun untuk menemani Ryan yang belum sadar. Gina masih ingat sekali apa yang dikatakan Gio ketika sampai disini.“Ryan….. Ryan adalah adikku” ucap Gio.“adik? Tanya Gina yang masih belum percaya yang didengarnya.“iya, ia adik aku satu-satunya. Dia memang tinggal di Jakarta tapi dua tahun yang lalu ia harus kembali ke Australia karena ayah kita sakit parah. Ayah ingin sekali melihat Ryan walau untuk terakhir kalinya, tapi Tuhan berkehendak lain, ayah terburu diambilnya sebelum Ryan datang. Setelah itu Ryan harus tetap tinggal disana. Lima bulan yang lalu ia ingin kembali ke Jakarta, ia bilang ia ingin menemui seseorang yang setia menunggunya di Jakarta. Ia memang telah tiba di Jakarta tetapi ia mengalami kecelakaan di hari itu, lukanya cukup parah, kata dokter ia mengalami amnesia. Ia tidak mengingat apapun termasuk dirinya. Aku tidak tahu kalau orang yang ingin ditemui Ryan adalah kamu, maaf jika aku baru mengatakan semua ini kepadaamu dan tadi pagi ia mengalami kecelakan, tetapi aku tidak tahu secara rinci apa yang terjadi” terang Gio pada Gina.
☺☺☺
Dua hari berlalu, pagi ini akhirnya Ryan sadar, tetapi dia masih tetap tidak mengingat apapun. Tante Hesti ibu Ryan baru tiba di Jakarta kemarin malam dan sekarang menangis.Keesokkan harinya, Ryan sudah boleh pulang. Keadaan Ryan memang sudah lebih baik. Ryan juga tidak jarang berbicara dengan Gina walaupun Ryan belum bisa mengingat apapun.Gina memang sengaja mau mengajak Ryan ke pohon cinta, ia ingin kembali dimasa lalunya. Dan beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Mereka duduk di sebuah kursi di bawah pohon, beberapa menit lamanya mereka saling diam. Kemudian Gina mencoba untuk menjadikan suasanya santai dengan memulai pembicaraan.“baguskan? Danau….” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Ryan menarik tangan Gina, dan mereka saling menatap mata.“apa kamu benar pacarku?”ucapnya yang membuat Gina semakin kaget dengan tingkah laku Ryan, Gina hanya terdiam”… Gio yang bilang, apa benar yang dikatakan Gio?” tanyanya lagi.“yah” jawab Gina singkat, yang kini meneteskan air matanya.“dipohon ini, kita biasa bersama?kamu yang selalu menungguku disini”Gina tidak sanggup untuk menjawabnya lagi pertanyaan Ryan.“Gina, jawab aku!” Tanya Ryan lagi. Kini tingkah laku Ryan mulai aneh ia menundukan kepalanya dan berusaha diri untuk mengingat semunya.”…. kenapa? Kenapa? Aku tidak bisa mengingat semuanya! Akrrkkkk! Teriak Ryan yang kini memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.“Ryan cukup! Cukup Ryan, aku mohon!” Gina yang merasa panik akan hal ini mencoba untuk menghentikann Ryan.Teriakan Ryan semakin keras, ia merasakan sakit pada kepalanya. Kini keringat basah membasahi tubuhnya. Gina semakin panik, ia mencoba meminta tolong tetapi tidak seorangpun terlihat di sekitar. Berapa lama itu terjadi kemudian terdengar suara tawa dari mulut Ryan. Gina semakin binggung apa yang sedang terjadi.“Ryan” ucap Gina yang kini tanganya mencoba untuk merahi wajah Ryan.“Haahaaa… Gina?, maafin aku?” ucap Ryan kemudian. Tapi Gina masih belum mengerti.“hay Gina!’ terdengar suara wanita dari arah belakang Gina. Kemudian Gina menoleh datangnya suara itu.“Tia? Gio? kalian?” ucap Gina ketika melihat sumber datangnya suara itu.“Gina, maaf? Sebenarnya Ryan tidak pernah mengalami kecelakan ataupun amnesia. Selama ini kita pura-pura untuk mengujimu” terang Tia. Terlihat Ryan semakin tertawa mendengar penjelasan dari Tia.“jadi kalian membohongi aku?” Tanya Gina yang masih tidak percaya”…. Kalian jahat sekalitdenganku!”Ryan berhenti tertawa kini kedua tangannya meraih kedua pipi Gina yang basah.“Ryan minta maaf ya? Terimakasih sudah setia menunggu cintaku. Aku janji aku tidak akan meninggalkanmu lagi”“aku tidak mau, kalian semua jahat!” sentak Gina yang kini memukuli dada Ryan yang sebenarnya tidak keras.Ryan hanya tersenyum dengan tingkah laku Gina yang mulai kesal, Ryan tahu bahwa Gina tidak serius.“maaf ya, dua tahun yang lalu aku memang pergi ke Australia karena ayah sakit, dan setelah itu aku harus mengurus semua data-data perusahaan ayah yang ada di Australia. Kemudian Geo memberikan ide untuk menguji kesetiaanmu” ucapnya.”…Geo adalah teman baikku sejak kecil, ia tinggal di Australia makanya aku tidak pernah cerita ini kepada kamu, maaf ya”lanjutnya lagi.Gina memang kesal dengan keadaan ini, Tetapi hati Gina tidak bisa berbohong bahwa hari ini adalah hari yang paling indah baginya.Cahaya matahari sore tampak menyinari mereka, dan membuat suasanya tidak ingin ditinggalkan. Senyum Gina seraya kembali lagi.
Gina sadar tidak selamanya cinta itu indah seperti yang kita harapkan. Jurang cinta akan senantiasa menanti, tanpa itu semua cinta tidak akan berarti. Dan selama cinta itu kita peggang kita akan selalu menemukan cahaya yang kita harapkan.
SELESAI