Rabu, 11 Agustus 2010

Hanya Untukmu

Lagu ten to five yang berjudul Hanya Untukmu mengalun dari earphone handphoneku. Aku sangat menyukai lagu itu. Entah mengapa, setiap aku mendengarkan lagu itu perasaanku menjadi sangat tenang dan damai.
 
Sore itu seperti biasa aku menghabiskan waktu duduk di teras depan rumah sembari mengisi blog pribadiku. Ditemani secangkir teh hangat dan tentu saja lagu dari ten to five. Aku melakukan rutinitas itu setiap hari. Setiap sore semenjak dua bulan yang lalu. Bukan tanpa alasan aku melakukan hal itu.
 
Menulis blog adalah hobi baruku. Awalnya aku hanya suka menyimpan tulisan-tulisanku dalam folder laptopku. Aku bahkan dulunya anti mempublikasikan tulisanku. Bahkan sahabatku, Nina, tidak pernah tahu apa yang kutulis dari hobiku ini. Tapi setelah Nina meyakinkanku bahwa hal itu tidak merugikanku, aku pun coba-coba membuat akun blog di salah satu web yang menyediakan layanan blogging dan pada akhirnya aku ketagihan. Aku menceritakan hal itu pada Nina.
 
Esoknya Nina berkata bahwa ia sudah membaca sebagian dari tulisanku di blog. Ia menyukainya. Ia menyuruhku untuk mengirim karyaku ke sebuah tabloid ternama yang saat itu mengadakan kompetisi blogger se Indonesia. Aku menjawab dengan santai bahwa aku tidak ingin mengambil keuntungan dari tulisanku. Kali ini aku mempertahankan argumenku. Dan Nina menyerah.
 
Hari ini aku melakoni hobiku tapi tidak di teras rumah melainkan di taman kampus yang menyediakan fasilitas wi-fi. Perasaanku saat itu sedang gelisah. Bahkan lagu ten to five pun tidak bisa membantu mengatasi kegelisahanku. Sejurus kemudian kulihat seseorang berkacamata dan berambut ikal melintas di depanku. Ada sesuatu dari dalam dirinya yang membuatku tertarik untuk membuat sebuah puisi untuknya. Dia adalah senior di kampus tempatku menuntut ilmu. Jariku menari indah di atas keyboard laptop. Kutulis semua tentangnya. Tentangnya yang selama ini menjadi alasan mengapa aku begitu menyukai lagu ten to five. Setelah puisiku jadi, aku mempostingnya di blog pribadiku. Kumatikan laptopku, dan kuputuskan untuk pulang mengingat matahari sudah mulai tenggelam. Aku memandang seniorku dari jauh dan berkata dalam hati bahwa aku mengaguminya. Aku tersenyum. Dan secara tidak sengaja ia memandangku, membalas senyumku. Kulambaikan tanganku tanda aku pamit akan pulang. Kunyalakan walkman handphoneku, kupilih lagu ten to five-hanya untukmu. Aku tersenyum dalam hati. Dia memang terlalu indah untuk menjadi nyata..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar