Rabu, 11 Agustus 2010

Air Mata Pelacur

Sebut saja Imron, seorang lelaki yang hidup di lingkungan pondok pesantren dan masih melajang hingga usianya yang hampir berkepala empat, Imron bukan tidak ingin menikah, tapi kehidupannya yang memaksa untuk melakukan hal itu, kesulitan yang ia alami bersama keluarganya membuat Imron hampir tidak sempat memikirkan soal pernikahan, hingga suatu ketika Imron merasa di pojokan oleh teman-temannya akah halnya statusnya itu maka Imron memaksakan diri untuk mencari belahan hatinya, naas memang... setelah mencoba berbagai keberuntungan, mendatangi pak kyai yang mungkin ada santriwatinya yang mau dinikahi atau mungkin ada saudara pak kyai yang sudah siap menikah dan mau menerima Imron apa adanya, namun ternyata tak satupun dari mereka menerima pinangan Imron, kecewa memang karna walaubagaimanapun juga siapa yang mau dipinang oleh seorang bujang yang hampir berkepala empat.
Hingga suatu ketika imron benar-benar merasa putus asa, sementara tekanan batin dari luar dan dalam terus menghampirinya, Imron tidak mau terus-terusan berada dalam kekecewaan hingga akhrinya Imron memutuskan untuk menikahi seorang pelacur tepatnya pelacur yang bisa dibayar dengan murah, pelacur yang bisa memperbaiki statusnya, pelacur yang harus dibayar ketika akan digunakan. Dia memang berhasil mempersunting salah satu pelacur, dan iapun mendapatkan apa yang ia inginkan, pernikahan yang sah, perbaikan status dan kenikmatan duniawi tentunya. Tapi apa... hampir setiap malam ternyata Imron harus menunggu giliran, betapa sakit hatinya mendapati Istrinya harus dinikmati oleh pria lain, keputusannya yang salah, ketidak sabarannya dalam menjalani hidup ternyata malah membuat Imron merasakan penderitaan yang berlipat-lipat.
Hingga suatu ketika dimalam yang dingin dan sunyi, Imron memutuskan untuk untuk shalat taubat dan bermunajat kepada Allah akan kesulitan hidup yang ia hadapi, alangkah kagetnya ketika Imron mendapati Istrinya sedang menangis sesegukan dengan menggunakan pakaian khusus shalat para muslimah, Istrinya menuduk sujud dalam kepasrahan, kemudian Imron menghampirinya dan bertanya kepada Istrinya kenapa dia bisa menangis, ada apakah gerangan? dengan isak tangis yang tidak berhenti di iringi dengan lelehan air mata istrinya menjawab "Bagaimana mungkin aku tidak menangis sementara suamiku begitu ikhlas membagi diriku dengan pria lain!, apa kau tau hati ku sakit sekali karna suamiku ternyata orang yang lemah yang tidak bisa melindungi ku, hatiku perih karna suami adalah seorang jayus! apa kau tau bahwa surga itu diharamkan bagi para jayus" (suami yang membolehkan istriniya berbuat maksiat) Mendengar perkataan itu imron langsung merangkul Istrinya, berkali-kali ia mengecup kening Istrinya, ia bisa merasakan bagaimana ternyata selama ini ia telah salah sangka terhadap Istrinya, ia baru sadar kalau selama ini ternyata dirinya telah begitu menyakiti belahan hatinya yang seharusnya ia lindungi sepenuh hati dan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar