Rabu, 11 Agustus 2010

Sebuah Kisah Untuknya

Aku tak tahu mengapa kami bisa sedekat ini, yang ku tahu hanyalah sekarang kami tak bisa sedekat itu. Semuanya berawal ketika Icha datang. Awalnya aku ( Ara) dan Rama hanyalah berteman biasa. Hingga suatu hari kami saing menyadari bahwa ada sesuatu di balik tatapan mata kami, yang entah mengapa kami menyebutnya "cinta". Lalu kami memutuskan utuk menjalin sebuah hubungan istimewa yang sering di sebut pacaran. Awalnya kami begitu bahagia dengan sejuta kata manis, memori indah, bahkan tak ada pertengkaran. Hingga dia mencoba mengenal dunia malam dan bertemu dengan sosok Icha. Masih teringat dalam memoriku ketika suatu malam aku tak sengaja bertemu dengan mereka. Malam itu entah mengapa aku sangat merindukan Rama. Mungkin itu karena selama beberapa minggu dia tak pernah menghubungiku. Bahkan ketika bertemy di sekolah hanya saling menyapa. Aku mengetuk pintu rumah Rama, dan tante Heni (mama Rama) yang membuka pintu."Halo Ara sayang." sapa beliau,"Malam tante." aku membalas sapaan beliau,"Nyari Rama ya? Itu di atas sama temen-temennya. Naik aj y, tante lagi sibuk buat kue untuk arisan besok""Iya tante. Permisi. " aku melangkah masuk dan bergerak menuju kamar Rama yang terletak di lantai atas.Sayup-sayup aku mendengar tawa Rama, tawa yang begitu kurindukan. Aku hendak berbelok ke arah suara itu tapi tertahan oleh suara seorang cewek yang asing bagiku."Sayang, besok temenin aku nonton yuk." suara itu terdengar sangat manja dan selanjutnya yang kudengar hanyalah jawaban pendek yang sangat kuyakini itu suara milik Rama."Ram, kamu mau sampe kapan bo'ongin Ara"? itu suara Revi,"Iyah sayang, aku bosen cuma jadi yang kedua. Putusin si cewek bego itu kenapa." dan itu suara cewek tadi."Guys, ngertiin aku donk. Aku gak mungkin mutusin Ara gitu aja tanpa alesan. A........" Hanya itu yang kuingat, karena aku langsung pergi begitu saja. Esoknya, tepat sebelum aku berangkat sekolah ayah berkata padaku bahwa kami sekeluarga akan pindah ke Jakarta. Dan tanpa babibu, aku langsung mengiyakan.Dulu, aku pikir dengan pindahnya kami aku bisa melupakan Rama. Tapi ternyata tidak. Aku pindah tanpa memberitahunya dan tanpa kata. Tapi akhirnya, teman-teman baruku membuatku bisa melupakannya. Bahkan aku sudah menemukan penggantinya di sini, yang tentunya lebih baik. Tapi, ketika aku emrayakan ulang tahunku yang ke 17, teman-teman Rama entah mengapa datang dan memberiku sepucuk surat.
Aku memang bodoh,menyakitimu dengan tawaku,melukaimu dengan senyumku,bahkan perlahan menghancurkan hatimu di atas bahagiaku, Hanya itu yang tertulis diatas kertas putih itu."Rama nyesel banget uda nyakitin kamu Ra. Plese maafin dia Ra. Begitu tahu kamu udah tahu kalo dia selingkuh, dia tertekan banget.""Mungkin Rama salah banget Ra, tapi tolong maafin dia,,..............""Iya Ra, maafin Rama, biar dia tenang di sana""Apa?"aku tercengang mendengarnya,"Rama OD, Ra"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar