Rabu, 11 Agustus 2010

Pohon Cinta

Dingin, sejuk, embun, basah itulah yang dirasakan Gina pagi ini. Hujan memang belum reda dari tadi subuh, diliriknya jam beker berbentuk hati di meja tempat tidurnya dan menunjukan pukul 07.30, dan bingkai foto disebelahnya bersama sang pacar, Ryan. Gina ingat sekali pertemuan terakhir dengannya, dibawah pohon cinta dimana Ryan pertama kali menyatakan cinta kepada Gina. Dan disanalah Ryan mengatakan perpisahannya, Ryan pergi ke Australia karena ayahnya sakit. Tetapi ia berjanji akan kembali dua tahun lagi ditempat itu juga. Hampir dua tahun akan berlalu, tetapi tiga bulan ini komunikasi mereka putus, setiap hari Ryan menghubungi Gina hanya sekedar menanyakan keadaanya, tetapi kini tidak satupun Ryan menghubunginya. Tidak tersadar setetes air mata Gina jatuh dipelupuk matanya, namun ia langsung mengusapnya. Dia pasti kembali, itu janjinya! batinya. Beberapa menit terdiam dan termenung, dingin hujan semakin redah. Sebuah handpone berwarna silvernya berbunyi. Dilihatnya sebuah sms masuk dari Tia, sahabat baiknya.
From : Tia(+6285642642009)
To : Gina(+6285727222345)
Gin, kamu ke toko sekarang ya?Aku mau ngenalin kamu dengan seseorang.
Belum Gina membalas sms dari Tia, ia hanya pasrah tubuhnya terhempas berdiri dan mandi dan mengikuti apa yang disuruh Tia, yaitu pergi ke toko. Toko bunga “LESTARI” adalah tempat dimana Gina dan Tia bekerja.Setelah pamit dengan kedua orang tuanya, Gina langsung pergi tanpa sarapan. Jam tanganya menunjukan pukul 08.30 setelah Gina sampai di toko, tetapi masih sepi karena toko dibuka pukul 09.00. Beberapa menit Gina menunggu di kursi depan toko, seorang pria bertubuh tinggi dan berkulit putih seperti bule dengan wanita disampingnya yang tidak asing dimata Gina. Ternyata itu adalah Tia, sahabatnya yang ditunggunya dari tadi, dan seorang pria yang tidak dikenalnya.“hai Gin, maaf ya lama”. katanya dengan nada lembut dan wajah Tia seperti memohon maaf dengan isyarat matanya. Tetapi ekspresi wajah Gina tidak berubah.”… ini yang tadi aku bilang, aku mau ngenalin kamu dengan teman aku” lanjut Tia.“Gio, Gio Hanum”. Gio yang disamping Tia memperkenalkan dirinya dengan Gina.“Gina”. Jawab lirihnya dengan ekspresi wajah yang tidak berubah, sesekali terlihat senyum paksaan diwajahnya.
☺☺☺
Satu minggu menjelang dua tahun kepergian Ryan, Gina hanya bisa memandang fotonya untuk menghilangkan kerinduan yang dirasakan. Akhir-akhir ini hati Gina memang gelisah, Kuliahnyapun terganggu dengan keadaan yang dirasakannya. Satu minggu lagi! dia akan kembali ataukah dia akan pergi dari kehidupanku! Batinnya. Terus menerus Gina memikirkan keadaan Ryan, belum siap dan tidak rela seandainya Ryan meninggalkan dirinya.Sore ini masih terasa panas, Gina yang memang tidak ada kuliah dari siang tadi, hanya tidur-tiduran dikamarnya, hanya memandang langit-langit kamarnya yang penuh dengan hiasan bintang. Dua tahun ditinggal Ryan bagaikan 100 tahun yang harus ia jalankan tanpanya. Sekilas Gina tertidur pulas di ranjangnya. Betapa kaget ketika handponenya berbunyi, dilihatnya sebuah sms masuk dari Gio.
From : Gio(085644551551)
To : Gina(+6285727222345)
Aku akan jemput kamu jam 7 tepat.
Malam ini Gio memang sengaja mengajak Gina makan malam. Jam 7 malam tepat Gio menjemputnya seperti yang dijanjikannya.Restoran Mawar, JakartaGio telah mempersiapkan ini semua, sebuah meja yang dihiasai dengan lilin merah dan hidangan yang telah siap disajikan.
Saat memasuki restoran betapa kaget hati Gina mengetahui bahwa ini semua hanya untuk dirinya.“kamu melakukan ini semua hanya untukku?”Tanya Gina yang kini telah duduk.Gio tidak menjawab apa-apa melainkan menekuk salah satu kakinya dan memegang tangan Gina bagaikannya pangeran yang sedang melamar putri raja.“maaf kalau ini terlalu cepat buat kamu, aku hanya ingin mengatakan sesuatu yang kini terpendam dihati aku, aku tidak ingin rasa ini terpendam jauh……. Aku sangat sayang denganmu, saat pertama kali kita bertemu ada sedikit rasa yang berbeda yang terpancar dimatamu”. Ungkap Gio yang kini melepaskan tangan Gina”…. aku tidak mau dengan mengatakan ini semua, kamu menghindar dariku. Aku hanya ingin kamu tahu isi hatiku selama ini. Aku juga tidak memaksa kamu untuk menjawabnya” lanjutnya dengan nada yang gugup.Begitu lama Gina menjawab, Gina memang kaget dengan apa yang baru saja diungkapkan Gio.“maaf Gi, aku tidak bisa menjawab itu semua sekarang, aku masih belum bisa membuka hatiku buat orang lain. Masih ada seseorang dihatiku yang masih belum bisa hilang”“siapa dia?” tanyanya penasaran.“Ryan”
☺☺☺
Seminggu telah berakhir, hari inilah janji Ryan akan bertemu dengan Gina di pohon cinta. Sebuah harapan muncul dari hati Gina pagi itu, tetapi sedetik kemudian harapan itu berubah menjadi kegelisahan. Kini genap dua tahun Ryan meninggalkan Gina.Gina bangun, Ryan sudah menunggu dipohon cinta! Batin Gina, ia mengusap air matanya. Dua jam kemudian Gina sudah berada di pohon cinta, ia melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 09.00, hari ini memang sedikit mendung, itu juga yang dirasakan dihati Gina. Pohon cinta! Gumamnya kecil. Pohon cinta hanyalah sebuah pohon tua, yang ada di pusat taman kecil di Jakarta, banyak orang-orang yang sering datang ketaman ini, karena panorama danau dan pohon-pohon menjadikan taman ini begitu nyaman. Jam 15.00, tidak ada orang satupun ditempat itu, hanya Gina yang masih setia menunggu. Kini hujan mulai turun, langit memperlihatkan suasana hati Gina saat ini. Semakin deras hujan turun, tetapi Gina masih tetap bertegu.Dari embun hujan terlihat seorang pria yang datang ke Gina. Gina mengusap matanya agar dapat menembus titik-titik hujan. Itu Ryan, Ryan datang, itu Ryan! batinya. Terlihat senyum yang selama ini hilang menghiasi wajahnya. Seorang pria itu mendekat dan mendekat, sampai Gina dapat melihat dengan jelas wajahnya.“Gio?”. Ucap Gina dengan nada kecewa.“mengapa kamu disini, ayo cepat pulang, semuanya khawatir dengan mu!” kata Gio dengan keras agar terdengar Gina, karena hujan semakin deras.“sedang apa kamu kesini, siapa yang bilang Gina disini, Gina akan tetap disini sampai Ryan datang!”. Jawab Gina, yang menolak untuk pergi.“Ryan tidak akan datang!” teriak Gio dengan menarik tangan Gina yang terlalu kuat dan akhirnya Gina tidak bisa menolaknya.
☺☺☺
Satu minggu telah berlalu dari kejadian itu, Gina hanya bisa merenung dan melamun. Kekecewaan Gina semakin dalam, karena Ryan tidak menepati janjinya. Tapi banyangan Ryan tidak bisa menghilang difikiran Gina. Ingin rasanya ia melupakannya, tapi itu membuat Gina semakin rindu dengannya.Siang ini memang terasa sejuk karena langit sedikit mendung, toko bunga Lestari begitu ramai pengunjung. Bu Astri pemilik toko sedang pergi, Jadi hanya Gina dan Tia yang kini menjaga toko. Gina memang sedikit kurang sehat saat ini, tapi ia memaksakan dirinya untuk bekerja.“Ryan?”serentak Gina kaget ketika salah satu pengunjung mirip dengan wajah Ryan yang sedang memilih bunga. Gina berusaha mengejarnya dalam terdesakan orang-orang yang ramai. Akhirnya Gina sampai di belakang pria itu. keringat basah Gina kini membanjiri wajahnya, dan nafasnya kini tersendak-sendak.“Ryan?”teriaknya lirih ketika pria itu menoleh. Gina hanya terdiam dan ingin rasanya tangannya memegang wajahnya.“maaf, anda siapa ya?”“Ryan?”.kata Gina lagi, mata Gina berkunang-kunang dan wajah Ryan di depan matanyankini seolah-olah menghilang. Dan kemudian semuanya gelap.Sejam lebih Gina belum tersadar dari pingsannya. Bu Astri sudah kembali dari urusannya dan kemudian menyuruh Tia untuk istirahat dan menemani Gina. Kini mata Gina yang semula tertutup perlahan-lahan membuka.“Gina, kamu baik-baik saja kan?” Tanya Tia yang berada disebelahnya dan memberikan segelas air putih untuknya. Dan perlahan Gina meminumnya.“Ryan?, Ryan mana Tia?” Tanya Gina ketika ia ingat apa yang terjadi sebelumnya. Tia hanya memalingkan wajahnya dan tidak menjawab sepatah katapun. “Tia Aku mohon jawab pertanyaanku!” Tanya Gina tetapi tetap tidak ada jawaban”… Tia kamu tahu selama ini aku menunggunya, kamu tahu betapa aku sangat merindukannya, Tia tatap mataku!” kini Gina teriak dengan nada keras, ia menganggap bahwa Tia menutupi sesuatu darinya.“sudahlah Gin, jangan memikirkan itu lagi, lupakan Ryan!” ucap Tia tidak mau kalah, kini ia berdiri dari tempat duduknya dan memandang wajah Gina yang masih pucat “dia hanya pembohong, mana janji yang selama ini dikatakannya, mungkin dia lupa atau memang dilupakan, Gina lihat di depanmu, bagaimana dengan Gio, dia benar-benar sayang denganmu!”“cukup!!” teriak Gina dengan menutup kedua telinganya dengan tangannya. Dan kemudian lari keluar toko. Tapi Tia segera menyusulnya. Belum sempat membuka pintu, seorang pria membuka pintu dari luar, pria itu tidak asing di mata Tia.“Gio?” ucap Tia spontan yang disambut dengan senyum kecilnya. Kemudian dibelakang Gio disusul sesosopria, dan juga tidak asing dimata Tia. Tapi siapa! Batinya. Tia seakan pergi ke masa lalunya untuk mengingat, sebuah kenangan kini dikepalanya. Dan kemudian…“Ryan?”
☺☺☺
Dua hari berlalu dengan cepat, Gina masih sedih dengan ucapan Tia yang lalu. Jam menunjukan pukul 09.00 pagi, hari ini Gina memang sengaja datang di Pohon Cinta. Hati Gina sekarang memang sedang gelisah, tak tersadar air mata Gina jatuh di pipinya.“Ryan, mungkin yang dikatakan Tia memang benar”. Ucapnya dengan nada sesak.”… tidak seharusnya aku disini tengelam dalam kegelapanmu dan menunggu cahaya darimu kembali, Apa aku harus tetap menunggumu yang entah kapan kamu kembali, Apakah seharusnya aku menolak semua keceriaan dari cahaya yang datang untukku, maafkan aku jika aku harus melupakanmu dari hatiku” lanjutnya, “Maafkan aku Ryan!” ucapnya lagi dengan air mata yang membasahi pipinya. Dikamar Gina, tidak terlihat lagi bingkai fotonya dengan Ryan. Gina memang sengaja mengganti fotonya dengan foto keluarga, ia tidak ingin kenangan Ryan tidak bisa terhapus dalam fikirannya walaupun itu begitu sulit baginya. Gina terkaget dari lamunannya, handponenya berbunyi dilihat nama Tia dilayar handponenya.“halo, Gina? Aku senang akhirnya kamu mengangkat telepon dariku, aku….” “sudahlah, apa yang mau kamu katakan?” terang Gina.“Gina maafin aku, kamu sahabatku, kamu yang paling mengerti aku”ucap Tia, tetapi tidak terdengar jawaban apapun dari Gina.”… oke, sudahlah lupakan itu, kalau kamu memang tidak mau memaafkanku, tapi kamu harus ke rumah sakit sekarang, ada sesuatu yang harus kamu lihat” lanjutnya. “Apa yang harus aku lihat, apakah penting buat aku?” Tanya Gina.“kamu harus kesini sekarang, kamu akan tahu semuanya tentang Ryan” jawabnya. Kemudian Tia menutup handponenya. Gina kaget mendengar nama Ryan yang disebut oleh Tia. beberapa menit kemudian Gina beranjak pergi ke rumah sakit yang dikatakan Tia.Gina berlari di koridor rumah sakit yang ditunjukan oleh Tia, tidak tahu apa yang harus dilakukannya, tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu, ia hanya bisa berlari dan mencari tahu apa yang terjadi. Telihat Tia dan seorang pria yang berdiri diujung lorong, Gina mendekat dan mendekat.“Tia?” ucap Gina saat sampai di depan ruang UGD. Tia menoleh dan kemudian memeluk sahabat Gina. “Gio? ucap Gina lagi saat melihat seorang pria yang duduk disamping Tia. “… apa yang terjadi?” tanyanya.Gio mengatakan semua yang terjadi kepada Ryan, Gina yang mendengar penjelasan Gio hanya bisa mengangis dalam pelukannya Tia, ia merasa bersalah sekali dengan apa yang dilakukannya ketika ingin melupakannya.Beberapa jam kemudian Ryan sudah dipindahkan pada sebuah ruangan pasien, ditemani Tia dan Gina yang masih disana. Tia yang terlihat lelah kini tertidur pulas pada kursi yang memanjang disamping ranjang pasien. Dan Gina masih terbangun untuk menemani Ryan yang belum sadar. Gina masih ingat sekali apa yang dikatakan Gio ketika sampai disini.“Ryan….. Ryan adalah adikku” ucap Gio.“adik? Tanya Gina yang masih belum percaya yang didengarnya.“iya, ia adik aku satu-satunya. Dia memang tinggal di Jakarta tapi dua tahun yang lalu ia harus kembali ke Australia karena ayah kita sakit parah. Ayah ingin sekali melihat Ryan walau untuk terakhir kalinya, tapi Tuhan berkehendak lain, ayah terburu diambilnya sebelum Ryan datang. Setelah itu Ryan harus tetap tinggal disana. Lima bulan yang lalu ia ingin kembali ke Jakarta, ia bilang ia ingin menemui seseorang yang setia menunggunya di Jakarta. Ia memang telah tiba di Jakarta tetapi ia mengalami kecelakaan di hari itu, lukanya cukup parah, kata dokter ia mengalami amnesia. Ia tidak mengingat apapun termasuk dirinya. Aku tidak tahu kalau orang yang ingin ditemui Ryan adalah kamu, maaf jika aku baru mengatakan semua ini kepadaamu dan tadi pagi ia mengalami kecelakan, tetapi aku tidak tahu secara rinci apa yang terjadi” terang Gio pada Gina.
☺☺☺
Dua hari berlalu, pagi ini akhirnya Ryan sadar, tetapi dia masih tetap tidak mengingat apapun. Tante Hesti ibu Ryan baru tiba di Jakarta kemarin malam dan sekarang menangis.Keesokkan harinya, Ryan sudah boleh pulang. Keadaan Ryan memang sudah lebih baik. Ryan juga tidak jarang berbicara dengan Gina walaupun Ryan belum bisa mengingat apapun.Gina memang sengaja mau mengajak Ryan ke pohon cinta, ia ingin kembali dimasa lalunya. Dan beberapa menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan. Mereka duduk di sebuah kursi di bawah pohon, beberapa menit lamanya mereka saling diam. Kemudian Gina mencoba untuk menjadikan suasanya santai dengan memulai pembicaraan.“baguskan? Danau….” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Ryan menarik tangan Gina, dan mereka saling menatap mata.“apa kamu benar pacarku?”ucapnya yang membuat Gina semakin kaget dengan tingkah laku Ryan, Gina hanya terdiam”… Gio yang bilang, apa benar yang dikatakan Gio?” tanyanya lagi.“yah” jawab Gina singkat, yang kini meneteskan air matanya.“dipohon ini, kita biasa bersama?kamu yang selalu menungguku disini”Gina tidak sanggup untuk menjawabnya lagi pertanyaan Ryan.“Gina, jawab aku!” Tanya Ryan lagi. Kini tingkah laku Ryan mulai aneh ia menundukan kepalanya dan berusaha diri untuk mengingat semunya.”…. kenapa? Kenapa? Aku tidak bisa mengingat semuanya! Akrrkkkk! Teriak Ryan yang kini memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.“Ryan cukup! Cukup Ryan, aku mohon!” Gina yang merasa panik akan hal ini mencoba untuk menghentikann Ryan.Teriakan Ryan semakin keras, ia merasakan sakit pada kepalanya. Kini keringat basah membasahi tubuhnya. Gina semakin panik, ia mencoba meminta tolong tetapi tidak seorangpun terlihat di sekitar. Berapa lama itu terjadi kemudian terdengar suara tawa dari mulut Ryan. Gina semakin binggung apa yang sedang terjadi.“Ryan” ucap Gina yang kini tanganya mencoba untuk merahi wajah Ryan.“Haahaaa… Gina?, maafin aku?” ucap Ryan kemudian. Tapi Gina masih belum mengerti.“hay Gina!’ terdengar suara wanita dari arah belakang Gina. Kemudian Gina menoleh datangnya suara itu.“Tia? Gio? kalian?” ucap Gina ketika melihat sumber datangnya suara itu.“Gina, maaf? Sebenarnya Ryan tidak pernah mengalami kecelakan ataupun amnesia. Selama ini kita pura-pura untuk mengujimu” terang Tia. Terlihat Ryan semakin tertawa mendengar penjelasan dari Tia.“jadi kalian membohongi aku?” Tanya Gina yang masih tidak percaya”…. Kalian jahat sekalitdenganku!”Ryan berhenti tertawa kini kedua tangannya meraih kedua pipi Gina yang basah.“Ryan minta maaf ya? Terimakasih sudah setia menunggu cintaku. Aku janji aku tidak akan meninggalkanmu lagi”“aku tidak mau, kalian semua jahat!” sentak Gina yang kini memukuli dada Ryan yang sebenarnya tidak keras.Ryan hanya tersenyum dengan tingkah laku Gina yang mulai kesal, Ryan tahu bahwa Gina tidak serius.“maaf ya, dua tahun yang lalu aku memang pergi ke Australia karena ayah sakit, dan setelah itu aku harus mengurus semua data-data perusahaan ayah yang ada di Australia. Kemudian Geo memberikan ide untuk menguji kesetiaanmu” ucapnya.”…Geo adalah teman baikku sejak kecil, ia tinggal di Australia makanya aku tidak pernah cerita ini kepada kamu, maaf ya”lanjutnya lagi.Gina memang kesal dengan keadaan ini, Tetapi hati Gina tidak bisa berbohong bahwa hari ini adalah hari yang paling indah baginya.Cahaya matahari sore tampak menyinari mereka, dan membuat suasanya tidak ingin ditinggalkan. Senyum Gina seraya kembali lagi.
Gina sadar tidak selamanya cinta itu indah seperti yang kita harapkan. Jurang cinta akan senantiasa menanti, tanpa itu semua cinta tidak akan berarti. Dan selama cinta itu kita peggang kita akan selalu menemukan cahaya yang kita harapkan.
SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar